Persiapan Mental Untuk Kehamilan dan Kelahiran Anak

Seperti cerita saya sebelumnya, saya diberi buku bacaan dari Ibu Brenda Ie-McRae yang berjudul “Memori Janin & Dampak Setelah Lahir” setelah selesai sesi hypnotherapy bulan Juli 2018 lalu. Sebetulnya buku-nya tipis saja tapi karena berbagai kesibukan akhirnya saya baru selesai baca. Hehehe. Dari buku tersebut saya banyak mendapatkan pencerahan. Jujur, selama ini saya dan suami tidak pernah menyiapkan diri secara mental untuk hamil dan membesarkan anak nantinya. Kami hanya tahu bahwa kami mau punya anak. That’s it! Makanya rangkaian proses TTC (Trying To Conceive) kami hanya seputaran persiapan fisik saja, mulai dari jaga makan, olahraga dan pergi ke dokter. Perjalanan TTC saya bisa dilihat di tulisan blog ini.

PhotoGrid_1532943092544.jpg

Menurut Ibu Brenda yang merupakan pakar hypnotherapy, seorang janin bisa mengingat kehidupan dan kondisi hidupnya mulai dari saat dia di kandungan Ibunya. Bagaimana cara Ibu dan Bapaknya memperlakukan janin selagi dalam kandungan akan membentuk pribadi seorang anak ke depannya. Hal ini dibuktikan dari pengalaman klien Ibu Brenda yang datang kepadanya dalam berbagai masalah kehidupan dan setelah digali pada sesi hypnotherapy, ditemukan bahwa mereka mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sewaktu dalam kandungan Ibunya.

Dari beberapa cerita dalam buku ini, saya akan menceritakan kembali sebuah kisah pengalaman salah seorang klien Ibu Brenda yang tentu saja namanya disamarkan untuk alasan privacy klien. Seorang klien mendatangi Ibu Brenda karena dia memiliki kecenderungan depresi, stress dan bahkan pernah mencoba bunuh diri. Dia juga merasa takut sekali dengan kakak tertuanya sehingga dia sulit berkomunikasi dengan kakaknya. Saat ditanyakan oleh Ibu Brenda apakah dia ingat pernah mengalami trauma semasa kecil? Dia mengatakan tidak ingat apa-apa. Dia hanya merasa takut, merasa tidak disayang dan tidak dekat dengan orang tuanya.

Setelah kesadarannya dibawa ke sesi hypnotherapy, klien tersebut ingatannya masuk ke masa saat dia masih di kandungan Ibunya. Sewaktu kandungan masih berusia 1 bulan, dia sebagai janin mengetahui bahwa dia akan digugurkan oleh Ibunya dengan alasan sudah punya banyak anak. Ibunya merasa sakit hati karena Bapaknya tidak mau punya anak lagi. Dari ingatan ini, klien merasakan bahwa itulah asal mula dia tidak dekat dengan kedua orang tuanya. Dikarenakan takut dosa, pada akhirnya sang Ibu tidak jadi menggugurkan kandungannya.

Saat kandungan berusia 3 bulan, Ibunya mengalami sakit perut karena stress. Ketika usia kandungan 5 bulan, Ibunya banyak menangis karena Bapaknya tidak memberikan uang untuk kebutuhan hidup. Ibunya mengalami stress berkepanjangan. Menjelang usia kehamilan 6 bulan, sang Ibu sakit panas karena stress. Memasuki 8 bulan, Ibunya sedih tidak mendapatkan cincin berbatu merah padahal semua keluarganya dihadiahi cincin tersebut oleh Neneknya. Keadaan ini menyebabkan Ibunya merasa tidak disayang dan tidak diperhatikan. Perasaan stress inilah yang diterima klien tersebut dalam bentuk janin di kandungan sehingga dia menjadi seorang yang mudah stress.

Setelah dia lahir ke dunia, klien tersebut merasa tidak disayang karena orang tuanya jarang menggendongnya. Dia dirawat oleh seorang pengasuh. Selanjutnya saat berusia 5 tahun, Ibunya meninggal dan Bapaknya harus bekerja di luar kota sehingga dia tinggal bersama kakak tertuanya dan merasa trauma karena kakaknya sering marah dan memukulnya. Hal inilah yang menyebabkan dia takut dan sulit berkomunikasi dengan kakaknya. Diakhir sesi hypotherapy, Ibu Brenda memberikan sugesti positif kepada klien tersebut untuk melepaskan masa lalunya dan hidup bahagia.

Pelajaran yang bisa diambil dari cerita diatas adalah orang tua memiliki peranan penting untuk pembentukan karakter anak di masa mendatang sejak dia mulai dari kandungan. Berikut adalah pesan dari buku yang ditulis Ibu Brenda:

Masa Pra Kehamilan

Banyak pasangan yang merasa kebingungan saat istrinya hamil padahal mereka merasa belum siap atau sudah punya anak banyak. Istilah yang biasa dipakai adalah “kebobolan”. Apabila ini terjadi maka terimalah kehamilan dengan lapang dada, tidak mengumpat, bersedih atau bahkan berusaha menggugurkannya. Semua bentuk perasaan negatif orang tua, dalam hal ini terutama sekali Ibu, akan dapat terserap oleh janin. Persiapkan juga fisik untuk kehamilan dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kesehatan jasmani dan rohani menjadi landasan yang baik untuk perkembangan janin sehingga janin akan berada dalam kandungan yang nyaman dan sehat.

Bagi pasangan yang mengharapkan kehamilan dengan jenis kelamin tertentu, disarankan untuk tidak mempermasalahkan jenis kelamin tertentu agar janin tidak merasa tertolak. Selain itu dampak yang bisa muncul adalah: Jika orang tua mengharapkan anak laki-laki tapi ternyata janinnya perempuan maka setelah besar nanti anak perempuan ini akan berperilaku tomboy atau kelaki-lakian, tidak seperti anak perempuan pada umumnya. Begitu pula sebaliknya.

Masa Kehamilan

Para orang tua disarankan untuk menerima kehamilan dengan rasa syukur, menciptakan keceriaan dan kebahagiaan sehingga janin bisa merasakan kasih sayang dan penerimaan dari orang tuanya sejak saat pertama calon Ibu mengetahui dirinya hamil.

Para ahli dapat melihat dan menunjukkan perbedaan setiap anak yang pada masa kehamilan, sang Ibu berbahagia atau bersedih. Apabila anak lincah, gembira, banyak bertanya, aktif biasanya pada waktu hamil sang Ibu merasakan kebahagiaan dan menerima kehamilannya dengan baik. Sedangkan apabila anak pendiam, pemalu, penakut, biasanya pada waktu hamil sang Ibu merasakan kesedihan, ketakutan dan kekhawatiran berlebihan, juga perasaan tidak nyaman dengan kehamilannya.

Semasa hamil, sebaiknya orang tua sering berkomunikasi dengan janin dengan mengelus perutnya. Kalau orang tua sedang merasakan sedih, takut, marah, benci disarankan agar mereka menjelaskan kepada si janin bahwa perasaan itu bukan kesalahannya sebab janin bisa menyalahkan dirinya sebagai penyebab hal-hal yang dirasakan oleh Bapak dan Ibunya.

Sangat baik bagi Ibu untuk tetap melakukan kegiatan sehari-hari selama kehamilan (dengan syarat kehamilannya sehat dan tidak bermasalah), seperti bekerja, masak, makan, istirahat, bergurau dengan anggota keluarga lain, membaca buku, jalan-jalan dan aktifitas lainnya. Ibu dapat mengkomunikasikan ke janin tentang kegiatan Ibu.

Berikan informasi kepada janin tentang ajaran kepercayaan yang dianut orang tuanya. Hal ini akan memberikan ketenangan batin untuk Ibu dan juga janin. Saat usia kandungan mulai membesar, ajarkan jabang bayi untuk membaca dan menghitung sejak dari dalam kandungan sehingga setelah lahir nanti dia akan lebih cepat tanggap dalam pelajarannya juga lebih mudah mengingat sesuatu dengan baik. Bacakan cerita anak-anak yang positif, lucu, perkembangan bayi yang sehat sehingga dia bisa menjadi bayi yang sehat dan cerdas.

Sering-seringlah mengelus, mengungkapkan kasih sayang kepada jabang bayi dengan mengatakan dia adalah anak yang diharapkan dan ditunggu. Komunikasikan kepada janin bahwa sel-sel di tubuhnya tumbuh sehat sempurna membentuk organ-organ tubuhnya. Ungkapkan perasaan bahagia orang tuanya serta kakak yang menerima kehadiran calon adiknya. Mendekatkan janin dengan saudara-saudaranya sedari dalam kandungan sangat diperlukan.

Masa Melahirkan

Menjelang kelahiran, sudah sewajarnya Ibu mengalami kegairahan menyambut kelahiran, cemas dan rasa sakit. Komunikasikan hal ini dengan jabang bayi bahwa proses persalinan ini sudah ditunggu dan berharap kelahiran bisa berjalan normal dan lancar. Kalau Ibu merasa sakit karena kontraksi , bayi perlu mengetahui bahwa ini adalah proses melahirkan alamiah yang sama dan dirasakan oleh semua Ibu dan rasa sakit itu bukannya kesalahan bayi. Jangan mengumpat siapapun saat sedang anak melahirkan.

Apabila jenis kelamin bayi yang terlahir diluar dugaan maka orang tua diharapkan tetap menerima keadaan dengan bahagia da jangan merasa kecewa karena kehadiran bayi adalah berkah. Kenalkan diri sebagai orang tua dengan tersenyum dan rasa sayang kepada bayi yang baru lahir. Katakan hal-hal positif seperti pujian dan doa yang diinginkan untuk bayi ini. Perkenalkan orang-orang yang sudah membantu proses kelahiran sambil mengucapkan terima kasih kepada dokter atau bidan dan perawat sehingga bayi juga mulai mengerti dan terbiasa mengucapkan terima kasih.

Usaplah bayi dengan kasih sayang dari ujung kepala sampai ujung kaki sambil mengenalkan nama bagian-bagian tubuhnya yang tumbuh dengan normal sehingga dia mengerti. Memberikan ASI juga menjadikan kontak yang baik antara Ibu dan bayi. Saat menyusui sampaikan rasa kasih sayang dan kebanggaan akan kelahiran sang bayi. Berikan perhatian penuh saat menyusui bayi dan tidak megalihkan perhatian dengan hal lain seperti main gadget, baca buku atau mengobrol. Apabila bayi mendapatkan cukup perhatian maka jarang sekali dia akan menjadi anak yang hiperaktif atau ADD (Attention Deficit Disorder). Bagi bayi, susu adalah tempat dia merasakan kenyamanan, tetapi apabila Ibu atau pengasuh yang memberikan susu tidak disertai perhatian maka dia akan merasa diabaikan sehingga bisa jadi masalah di kemudian hari.

Masa Kanak-Kanak dan Remaja

Untuk para orang tua, pengasuh, keluarga, disarankan agar lebih berhati-hati dalam mengatakan hal negatif kepada anak karena biasanya anak akan mengambil tanpa menyaring apapun yang dikatakan orang terdekatnya. Masa kanak-kanak menjadi masa yang paling banyak dikenang bagi banyak orang, maka berikanlah kenangan yang indah kepada anak-anak, kedekatan batin dan menghabiskan waktu bersama keluarga adalah hal yang positif.

Binalah keyakinan dan ajaran agama sejak dini (balita) sehingga anak akan mengerti batas-batas moral dan tidak salah pergaulan kelak. Membacakan cerita-cerita dengan pesan moral yang baik sebelum anak tidur juga merupakan suatu ajaran moral yang baik sejak dini.

Anak juga harus diberikan pengertian tentang larangan orang tuanya, yaitu menjelaskan alasannya serta sisi positif atau negatifnya. Orang tua juga harus konsisten dengan larangan yang dibuatnya. Misalkan melarang anak merokok tapi Bapaknya masih merokok.

Hadiah dan pujian bagi anak sangat baik untuk perkembangan jiwanya. Berilah hadiah atau sekedar pelukan dan kata-kata positif bila anak berhasil mencapai suatu prestasi. Jangan ragu pula memberikan hukuman ringan kepada anak (tapi bukan berupa kekerasan fisik yang menyakitkan) apabila dia melanggar aturan yang berlaku dalam keluarga dan masyarakat. Ini akan membantunya menjadi pribadi yang disiplin.

Banyak orang tua yang secara tidak sadar sering curhat kepada anak mereka yang berusia dibawah usia 15-17 tahun tentang masalah rumah tangga bersama pasangannya atau keluarga lainnya. Hal tersebut sangat tidak disarankan karena anak di usia itu masih labil dan mudah terpengaruh sehingga bisa menyulitkannya dalam hubungan dengan pasangannya di kemudian hari. Sebaiknya orang tua mencari bantuan terapis profesional untuk mengatasi permasalahannya dibanding curhat dengan anak.

Menurut saya buku ini bagus sekali untuk bacaan orang yang sedang mempersiapkan kehamilan dan kelahiran. Banyak tips yang berguna dan biasanya tidak disadari para calon orang tua terkait dengan bentuk kesadaran seorang janin. Sepertinya buku ini tidak diperjualbelikan secara bebas oleh Ibu Brenda dan hanya dibagikan secara cuma-cuma untuk para kliennya.

Oya, pada buku ini juga Ibu Brenda membahas tentang adopsi anak dan mengapa beliau tidak menyarankannya. Menurut beliau, anak yang diadopsi dari panti asuhan umumnya adalah anak yang dibuang atau tidak diinginkan kedua orang tuanya. Mereka biasanya sudah menyadari hal tersebut sejak mereka menjadi janin dalam kandungan Ibunya. Perasaan tidak disayangi dan tidak dinginkan ini kelak akan membuat mereka jadi anak-anak yang bermasalah. Akan tetapi, Ibu Brenda juga tidak melarang adopsi. Asalkan kita sebagai orang tua adopsi bisa kuat dan tegar melewati permasalahan mental anak-anak tersebut kelak maka tidak akan jadi soal.

Dikarenakan saya belum ada pengalaman tentang adopsi jadi saya belum bisa merasakan kebenaran dari kata-kata tersebut. Niatan adopsi masih maju mundur. Hehehe. Saya dan suami merasa belum siap mental. Mungkin disini ada teman-teman yang bisa berbagi pengalaman menghadapi anak adopsinya? Apa benar seperti yang dikatakan diatas?

 

Iklan

2 pemikiran pada “Persiapan Mental Untuk Kehamilan dan Kelahiran Anak

  1. Untuk pembinaan mental ketika kehamilan memang perlu ditekankan sejak awal. Nahh pertanyaan saya kalau misal sang ibu memang memiliki watak keras atau tegas, apakah itu juga akan memperngaruhi janin atau anaknya kelak?

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s