Kepada seluruh pembaca, pertama-tama saya tekankan bahwa saya disini bukan dokter, tidak ada background pendidikan secara medis. Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi saya dan juga riset-riset blog walking selama ini. Untuk pasangan yang tidak memiliki masalah infertilitas (habis menikah langsung hamil) menurut saya pasti bingung dengan istilah ini, apalagi prosesnya. Untuk yang mengalami kondisi infertilitas dan sedang berencana untuk melakukan inseminasi, semoga tulisan ini bisa membantu kalian mendapatkan informasi lebih lanjut.
Inseminasi Buatan atau disingkat IUI (IntraUterine Insemination) adalah salah satu proses reproduksi berbantu secara medis untuk pasangan yang bermasalah secara infertilitas. Pembuahan sel telur oleh sperma tetap terjadi di dalam rahim seperti konsepsi normal. Lah terus kenapa disebut reproduksi berbantu? Karena proses IUI ini melibatkan injeksi hormon untuk memperbesar dan memperbanyak sel telur dan juga washing sperma untuk mendapatkan sperma dengan kualitas terbaik. Hal tersebut dimaksudkan supaya chance terjadi kehamilan menjadi lebih besar dibandingkan kehamilan alami. Tapi tetap saja persentase keberhasilan IUI ini tidak lebih besar dari 30%.
Faktor penunjang medis untuk keberhasilan IUI ini adalah umur pasangan masih dalam usia produktif (wanita dibawah 35 th), kualitas sel telur baik, kualitas dan kuantitas sperma baik, tuba fallopi paten (tidak ada penyumbatan), ketebalan dinding rahim cukup, hormon (FSH, LH dan Prolaktin) normal, bebas dari penyakit TORCH, Hepatitis, HIV dan penyakit lainnya yang dianggap bisa berbahaya untuk janin. Kalau kesemua faktor itu sudah kalian miliki tapi ternyata masih gagal juga IUI-nya, mungkin belum jodoh bisa punya anak dengan metode ini. Menurut saya memang nasib baik juga dibutuhkan karena secara fakta persentase keberhasilan IUI ini memang kecil. Banyak pasangan yang mencoba sampai diatas 3 kali baru bisa berhasil, jadi seperti terapi reproduksi gitu lah.
Biaya IUI ini berkisar antara 6-12 juta Rupiah. Besarannya tergantung dari jenis rumah sakit, banyaknya konsultasi dokter, banyaknya test lab yang dilakukan, banyaknya proses injeksi sperma (maksimum 2 kali) dan banyaknya obat injeksi hormon yang dibutuhkan (tiap orang akan berbeda-beda dosisnya tergantung faktor usia dan tingkat respons sel telurnya terhadap hormon yang diberikan).
Saya melakukan IUI ini bulan Desember 2015 di RS Bunda dengan tahapan sebagai berikut:
- 5 November 2015
Pemeriksaan awal sebelum melakukan IUI di siklus bulan depan (Desember 2015). Konsultasi dengan dokter dan disuruh test hormon (AMH, LH, FSH, Prolaktin dan Estradiol). Dikasih resep suplemen untuk meningkatkan kualitas sel telur (Fetavita 15 kapsul dan DHEA 25 mg 15 tablet).
Biaya:
– Konsultasi dokter (Dr. Taufik Jamaan di RS Bunda) = Rp. 535.000
– Test Lab (Prodia RS Bunda) = Rp. 1.982.000
– Suplemen (Apotek RS Bunda) = Rp. 291.750
TOTAL = Rp. 2.808.750 - 17 November 2015
Konsultasi dokter kedua dengan membawa hasil test lab hormon. Menurut dokter karena hasil test AMH saya rendah dan juga suami spermanya kurang bagus (OAT / Oligoasthenoteratospermia), saya disarankan ikut program Inseminasi Buatan / IUI atau Bayi Tabung / IVF. Dikarenakan kesiapan dana saat itu hanya untuk IUI jadi saya confirm untuk IUI next cycle. Dikasih resep suplemen lagi untuk meningkatkan kualitas sel telur (Ovacare 15 tablet).
Biaya:
– Konsultasi dokter (Dr. Taufik Jamaan di RS Bunda) = Rp. 581.200
– Suplemen (Apotek RS Bunda) = Rp. 115.500
TOTAL = Rp. 696.700 - 5 Desember 2015
Bertepatan dengan hari mens ke-2. Konsultasi dengan dokter untuk memulai program IUI. Dikasih suplemen (Fetavita untuk saya 15 kapsul dan Biosan untuk suami 10 tablet) dan dilakukan injeksi hormon (Gonal F 75 IU) oleh suster di RS Bunda.
Biaya:
– Konsultasi dokter (Dr. Taufik Jamaan di RS Bunda) = Rp. 592.200
– Suplemen (Apotek RS Bunda) = Rp. 358.500
– Injeksi hormon = Rp. 655.600
TOTAL = Rp. 1.606.300 - 7 Desember 2015
Injeksi hormon ke-2 (Gonal F 75 IU) oleh suster di RS Bunda. Tidak konsultasi ke dokter lagi karena sudah dapat resep pas konsultasi tanggal 5 Desember 2015.
Biaya:
– Injeksi hormon = Rp. 655.600 - 9 Desember 2015
Injeksi hormon ke-3 (Gonal F 75 IU) oleh suster di RS Bunda. Tidak konsultasi ke dokter lagi karena sudah dapat resep pas konsultasi tanggal 5 Desember 2015.
Biaya:
– Injeksi hormon = Rp. 655.600 - 11 Desember 2015
Konsultasi dengan dokter untuk melihat respon sel telur terhadap suntikan hormon. Ada 2 sel telur yang ukurannya hampir matang, diprediksi besok akan matang oleh dokter. Untuk wanita usia diatas 30 tahun seperti saya, menurut dokter, jumlah sel telur yang diperbolehkan adalah maksimum 2 sehingga kalau terjadi kehamilan kembar pun tidak akan terlalu beresiko dibanding kehamilan triplet. Oleh karena itu pemberian suntikan hormon sangat diawasi oleh dokter. Kalau sel telur saya ada lebih dari 2 maka program IUI bisa batal.
Biaya:
– Konsultasi dokter (Dr. Taufik Jamaan di RS Bunda) = Rp. 591.200 - 12 Desember 2015
Saya disuruh datang pagi sekitar jam 8 oleh dokter untuk suntik hormon pemecah telur (Ovidrel 250 mg). Suami disuruh setor sperma (umur sperma 3-5 hari) ke lab untuk di-washing. Setelah itu menunggu untuk proses IUI siangnya. Saya dapat giliran sekitar jam 2 siang. Kamar untuk IUI ini cuma ruangan kecil dengan 1 bed, tidak ada alat USG. Keluarga diperbolehkan masuk untuk menemani prosesnya. Proses IUI dilakukan oleh dokter, tanpa pembiusan. Diawali dengan menyemprotkan cairan pembersih vagina, kemudian memasukan selang / kateter yang elastis dan ukurannya kecil ke dalam rahim. Setelah itu memasukan sperma yang telah diwashing ke dalam selang tersebut. Proses ini cuma memakan waktu sekitar 10-15 menit saja. Setelah selesai, kita disuruh berbaring di bed dengan posisi panggul lebih tinggi selama 30 menit. Kita boleh langsung pulang setelah itu. Dikasih resep obat penguat kandungan (Duphaston 10 mg 30 tablet)
Biaya:
– Ovidrel 250 mg = Rp. 765.000
– IUI = Rp. 2.200.000
– Obat (Apotek RS Bunda) = Rp. 642.000
TOTAL = Rp. 3.607.000
GRAND TOTAL PROSES IUI DI RS BUNDA = Rp. 10.621.150
Biaya tersebut belum termasuk biaya transportasi dari rumah (Tangerang) ke RS Bunda PP, biaya test HSG (rontgen rahim untuk mengetahui tuba fallopi paten atau ada penyumbatan). Sekedar info saya sudah melakukan HSG tgl 22 April 2013 di RS Bunda sehingga tidak saya masukkan di perincian biaya diatas. Biaya HSG sekitar 2 juta Rupiah pada saat itu.
Setelah proses IUI kita disuruh menunggu 2 minggu (2 WW/ 2 Weeks Waiting) untuk melihat hasilnya, hamil atau tidak. Selama proses menunggu ini sih dokter tidak mewajibkan untuk bed rest, hanya jangan terlalu capek dan beraktivitas berat. Saya sempat naik turun tangga setelah IUI karena keadaan di rumah saat itu. Banyak tiduran tapi ga sampai bed rest total. Tidak ada tanda flek yang terlihat. Hanya saja saya sempat keluar lendir serviks saat hari ke-2 setelah IUI.
Oiya, untuk yang penasaran mengenai proses injeksi hormon itu gimana. Obat hormon harus disimpan di kulkas dan harus segera disuntikkan setelah kemasan dibuka. Lokasi penyuntikan obat hormon ini adalah di perut sodara-sodara! Tepatnya 2 jari dibawah pusar kita. Kalau ditanya sakit atau ga? Ya sakit dong, rasanya seperti diiris-iris gitu perutnya, makanya penting untuk minta suster injeksikan obat hormonnya pelan-pelan. Efek dari pemberian obat hormon ini adalah cepat lapar. Saya makan lebih banyak dari biasanya. Timbangan pun ikut naik 2 kg. Tapi memang itulah yang disebut pengorbanan untuk (berusaha) menjadi seorang ibu. Dibawa enjoy aja.
Hasil dari IUI ini adalah saya gagal! Setelah IUI gagal, saya balik konsultasi lagi ke dokter Taufik, tapi kali ini di RS Hermina Jatinegara dan disuruh test darah: ACA IgM (Kekentalan darah) dan TORCH (Anti Toxoplasma IgM, Anti Rubella IgM, dan Anti HSV2 IgM). Dikasih resep suplemen untuk sel telur (Ovacare dan DHEA 25 mg). Hasil test lab bagus dan saya sehat-sehat saja. Dokter juga bingung kenapa saya gagal IUI padahal telur saya ada 2 buah pula saat itu. Dengan gagalnya IUI ini saya jadi galau sendiri dan bingung harus bagaimana lagi sih supaya bisa punya anak. Sempat stop konsultasi ke dokter juga karena malas dan seakan ga memberi solusi. Tapi tahun 2016 ini saya seakan mendapatkan jawabannya bahwa memang saya harus mengikuti program bayi tabung / IVF karena permasalahan medis saya. Hal ini baru saya ketahui setelah konsultasi dengan dokter Devindran di Penang, Loh Guan Lye Specialist Center. Tulisan mengenai dokter Devindran ini akan saya buat di post terpisah.
Biaya:
– Konsultasi dokter (Dr. Taufik Jamaan di RS Hermina Jatinegara) = Rp. 342.00
– Obat (Apotek RS Hermina Jatinegara) = Rp. 415.500
– Test Lab (Prodia Gading Serpong) = Rp. 1.548.000
TOTAL = 2.305.500
Untuk para pembaca yang akan atau sedang mengikuti program IUI saat ini, saya doakan kalian sukses dan nasibnya lebih bagus dari saya. Optimis boleh tapi ekspektasinya tetap harus di-manage karena memang faktanya persentase keberhasilan IUI ini kecil. Good luck ya..!
Hallo Sis..
Sy sudah baca blog mengenai insem dan sis ke penang.. 😄 sy penasaran ni dgn hsl cek bayi tabung yg di penang.. dtunggu ya sis.. crtnya.. thx u
SukaSuka
Hai Sis..
Iya pasti nanti akan dipost koq ceritanya, hihi. Makasih.
SukaSuka
Halo sis mau tanya, dari pemeriksaan analasis Sperma kan suami dinyatakan AOT tapi kenapa gk ada cerita saat sebelum IUI untuk memperbaiki sperma suami dulu ya? Apakah memang saat IUI hal tersebut tidak begitu penting?
SukaSuka
Halo sis.. untuk suami sebelumnya disuruh minum suplemen vitamin aja untuk meningkatkan kualitas sperma, ditunjang dengan perbaikan lifestyle. Pas hari H pengambilan sampel sperma, dari lab akan pilih sel sperma yang bagus2 untuk dimasukkan ke dalam saluran reproduksi istri dan diharapkan bisa membuahi sel telur yang sudah matang.
SukaSuka