Berbelanja di IKEA Alam Sutera

IKEA Alam Sutera

Emak-emak tentu sudah tidak asing lagi dong dengan yang namanya IKEA. Mulai dari IKEA dibangun di Alam Sutera, orang-orang udah heboh aja dan ga sabar untuk bisa belanja disana. Hingga pada akhirnya 15 Oktober 2014 lalu IKEA Indonesia soft opening, semua berbondong-bondong ke Tangerang dalam rangka berbelanja di IKEA. Bagi orang yang pernah bilang “Saya belum pernah ke Tangerang” tapi sudah pernah mampir di IKEA, melalui ini saya beritakan bahwa Alam Sutera itu adalah bagian dari Tangerang lho saudara-saudara sekalian! Tepatnya di daerah Serpong, Tangerang Selatan.

Dikutip dari Wikipedia, IKEA adalah sebuah peritel perabot untuk rumah tangga dari Swedia. IKEA didirikan oleh Ingvar Kamprad tahun 1943.  IKEA adalah singkatan dari namanya, Ingvar Kamprad; tempat ia dilahirkan, Elmtaryd; dan desanya, Agunnaryd. Awalnya, IKEA menjual berbagai barang, dari pulpen, dompet, bingkai foto, hingga jam tangan. Perabotan mulai masuk ke dalam daftar pada 1947 dan IKEA mulai merancang sendiri pada 1955.  IKEA Alam Sutera merupakan toko ke-364 dan yang paling baru dari 46 negara di dunia. IKEA Alam Sutera ini berdiri diatas lahan seluas 35.000 meter persegi, termasuk sebuah restoran dengan 700 kursi dan lebih dari 1.000 ruang parkir

Saya dan suami berkesempatan untuk mampir ke IKEA ini pertama kalinya pas bulan November 2014. Pada waktu itu Kami memang lagi hunting furniture dan pernak pernik untuk rumah baru Kami. Saat kami berkunjung waktu itu, show room IKEA padat banget dengan pengunjung. Saking ramainya, parkir mobil sampai banyak yang diluar area toko. Bangunan toko memiliki 2 lantai, show room di lantai atas dan market hall (tempat belanja pernak-pernik), warehouse dan kasir ada di lantai bawah. Show room didesain sedemikian rupa seperti labirin sehingga customer akan berjalan sesuai arah yang ditentukan. Hal ini dimaksudkan supaya customer menjelajah ke seluruh bagian toko.

Showroom

IKEA menerapkan sistem belanja yang mandiri, suatu hal yang sangat tidak umum di Indonesia, dimana saat berbelanja di suatu tempat kita akan menerima pelayanan penuh. Semboyan “Pembeli adalah raja” sepertinya tidak berlaku di IKEA. Dari awal masuk kita diharapkan untuk bisa mandiri dengan mencatat nama dan kode lokasi dari barang yang kita inginkan. IKEA menyediakan kertas, pensil dan meteran kertas di beberapa titik toko untuk keperluan tersebut. Pelayan toko juga tidak terlalu banyak, jadi kita tidak bisa banyak bertanya tentang produk yang kita inginkan, tapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena IKEA memberikan keterangan yang jelas pada tiap tag produknya. Setelah berbelanja pun kita juga wajib untuk mengambil barang yang kita inginkan tersebut di warehouse berdasarkan kode lokasi yang telah kita catat. Selanjutnya kita membawa barang tersebut untuk antri bayar di kasir. Kasir tidak menyediakan kantong plastik selayaknya di swalayan lho ya, jadi sebaiknya kita bisa bawa tas belanjaan sendiri dari rumah. IKEA menyediakan tas belanjaan besar berwarna biru untuk dijual apabila kita membutuhkannya, tas ini dijual seharga Rp. 9.900 per buah. Untuk pernak pernik yang perlu diwrap, kita bisa wrap sendiri di meja yang telah disediakan. Hanya perabot / furniture yang sudah disediakan dalam bentuk packingan dus sehingga tidak perlu kita wrap lagi.

Perlu diketahui bahwa harga yang tercantum di IKEA belum termasuk ongkos kirim dan perakitan. Ongkos kirim ditentukan berdasarkan area pengiriman, ongkosnya mulai dari Rp. 280.000 per pengiriman. Untuk request pengiriman kita bisa mengurusnya di loket yang telah disediakan. Barang di IKEA didesain sesimpel mungkin supaya kita bisa merakitnya sendiri di rumah. Akan tetapi jika kita membutuhkan jasa perakitan IKEA, kita akan dikenakan charge 8,5% dari harga item yang ingin dirakit. Selengkapnya bisa dilihat di website IKEA http://www.ikea.com/id. Di website itu pula kita bisa melihat katalog barang dan ketersediaan stoknya yang diupdate setiap 4 jam sekali.

Capek berbelanja di IKEA? Silakan nongkrong di restorannya. Lagi-lagi di restoran ini kita diwajibkan untuk mandiri. Kita mengambil makanan yang kita inginkan dengan trolley nampan kemudian membayarnya di kasir. Kalau perlu memanaskan makanannya, disediakan microwave. Teh dan kopi silakan seduh sendiri, soft drink juga ambil sendiri. Setelah makanpun kita wajib membersihkan meja kita sendiri dan membawa trolley nampan kita ke tempat yang disediakan. Namun tidak jarang saya menemukan meja yang ditinggalkan dalam keadaan berantakan, mungkin karena culture di Indonesia kalau makan di restoran nanti mejanya dibersihkan oleh pelayannya.

Restoran IKEA menyediakan berbagai macam makanan, kebanyakan adalah makanan Swedia. Satu-satunya menu nusantara disana adalah Ayam Taliwang yang disajikan dengan nasi putih, sepertinya sih menu baru ya. Waktu itu saya memesan menu “Bola Daging Swedia dengan Saus Krim” dan suami memesan “Paha Ayam Panggang dengan Saus Dill”. Keduanya disajikan dengan mashed potato. Saya dan suami memang tidak terlalu suka western food jadi menurut kami ya rasanya biasa aja, ga istimewa gimana gitu, hehe. Mungkin kalau yang suka western food sih bisa jadi bilang enak ;p

Meja Restoran 2015321181946

Fasilitas lain di IKEA adalah loker dan penitipan anak. Loker dipinjamkan ke kita dengan jaminan KTP. Untuk meminjam loker bisa mendatangi meja informasi di lantai 1. Penitipan anak juga disediakan dengan time limit tertentu. Saat waktu penitipan sudah habis, nama kita akan dipanggil via operator untuk menjemput anak kita. Penitipan anak ini hanya untuk anak dengan tinggi badan 100 – 130 cm.

So, sudahkah kamu mengujungi IKEA? Perabotannya unik-unik lho konsepnya. Kalau udah kesana kalau ga inget budget sih udah borong sana-sini deh, wkwk. Makanya pak suami tuh selalu setia menggandeng istrinya, bukan sok romantis tapi takut istrinya kalap belanja, hahaha. Tulisan ini bukan tulisan berbayar ya, murni hasil review saya selama beberapa kali mengunjungi IKEA, secara orang Tangerang gitu lho.. ke IKEA mah ga gitu jauh ;p

Iklan