Dokter Kulitku

Memiliki kulit yang sensitif memang susah banget perawatannya. Salah dikit bisa jadi merah, bersisik dan tentunya berjerawat. Ga gampang untuk memilih produk umum yang dijual di pasaran. So far malah belum nemu tuh produk pasaran yang bisa memenuhi harapan untuk kulit saya yang bermasalah ini, maksudnya disini seperti mengobati jerawat, menghilangkan bekas jerawat, mengecilkan pori, mencegah keriput, dll. Tipe kulit saya adalah oily, acne prone dan sensitif. Saat memilih produk khusus untuk jerawat maka kulit saya biasanya akan gampang merah, terkelupas, kering dan buntut-buntutnya jadi muncul jerawat. Kalau memilih produk khusus untuk kulit kering buntut-buntutnya kulit saya jadi bersisik dan kering, akhirnya muncul jerawat pula. Amannya memang harus pakai produk untuk kulit sensitif yang ringan di kulit tapi kebanyakan produk untuk kulit sensitif bawaannya melembabkan. Kalau kebanyakan pelembab juga di kulit saya bisa jadi jerawatan. Nah, serba salah kan?! Oleh karena itu daripada trial & error terus-terusan saya memutuskan pergi ke ahlinya aja deh, a.k.a dokter kulit. Ditambah lagi ternyata kata dokter kulit yang sekarang saya ada kecenderungan penyakit kulit Seborrhoic Dermatitis dengan gejala kulit terkelupas, merah-merah dan gatal. Penyebabnya banyak faktor, bisa dari paparan sinar matahari berlebih, minyak berlebihan di kulit, suhu dingin berlebihan, stress, dsb. Jadi makin rumit deh.

Berikut adalah rangkuman perjalanan dokter kulit saya sampai dengan sekarang:

  1. dr. Fattah Madani, SpKK, Erha Clinic, Cimanuk – Bandung (2001 – 2004). Pas pergi kesini jerawat saya agak parah karena faktor jerawat puber (hormonal). Disini dikasih obat minum dan juga krim pagi-malam. Harga produk berkisar 70 – 90 ribu per item. Hasil: jerawat berkurang tapi saya merasa kulit jadi lebih gampang merah dan lebih tipis (karena ada ritual home peeling setiap minggu). Dikarenakan saat itu masih mahasiswa dan harga erha ini lumayan mahal, jadi akhirnya saya stop dulu perawatannya. Stop perawatan ya muncul lagi deh jerawatnya.
  2. dr. Eva Mulia, Grogol (2004). Kesini karena direkomendasikan tante saya yang tinggal di Jakarta. Begitu datang langsung disuruh facial. Facialnya itu sakittt bangettt saudara-saudara! Karena alasan penyiksaan seperti itu saya ogah datang lagi kesini. Muka saya merah banget keluar dari sini.
  3. dr. Antonny Handoko, SpKK, Erha Clinic, Kemanggisan – Jakarta Barat (2005). Disini cuma bentar aja, 2 – 3 kali datang, karena berasa malas bolak-balik kos (Grogol) ke Kemanggisan untuk kontrol. Dokternya juga rada jutek kalau banyak tanya.
  4. dr. Inneke Meredith Susito, SpKK (2006 – 2007). Ibu dokter ini praktek juga di RS Sumber Waras, tapi saya lebih sering datang kontrol ke rumahnya di kawasan Greenvile. Dokternya baik, ga ngasih banyak obat dan ga mahal-mahal juga. Obat jerawatnya dalam bentuk racikan. Dia kasih resep racikan terus kita tebus obatnya di apotek. Jerawat membaik tapi ga kinclong gitu mukanya. Karena sibuk dengan kerjaan, lama-lama jadi malas kontrol lagi ke dokter ini.
  5. dr. Budi H. Widjaja, SpKK, Apotek Pecenongan (2007). Datang kesini karena direkomendasikan teman kos. Dokter ini produknya pake merk “Bless” yang juga dijual di pasaran. Entah karena ga cocok dengan “Bless” atau karena pas waktu itu air di kos / kantor buat cuci muka saya agak kotor, malah muncul jerawat gede-gede. Kata dokternya harus disuntik. Dengar kata suntik saya langsung kabur deh, selain karena alasan bolak-balik Grogol – Pecenongan itu jauh dan macet bikin malas kontrol. Kesini cuma 2 – 3 kali datang aja deh rasanya.
  6. dr. Freddy S. Hardjoko, SpKK (2010 – 2012). Dokter ini praktek di rumahnya jl.Kartini dan di RS Siloam Kebon Jeruk, yang keduanya jauh dari kos saya, baik waktu itu masih kos di Grogol dan apalagi saat sudah pindah kos ke Bintaro. Obat dan biaya dokternya mahal. Obatnya sekitar 80 – 100 ribu per item. Biaya dokter lebih murah kalau praktek di rumah dibanding dengan di RS. Jerawat membaik tapi kulit muka lebih berminyak rasanya kalau pake krim-krimnya.
  7. dr. Supijati, SpKK, Kreo – Ciledug (2012 – 2013). Kesini karena direkomendasikan teman dan ga gitu jauh dari kos saya di Bintaro (ada jalan pintasnya gitu menuju ke kliniknya). Kliniknya dari luar kurang meyakinkan (bukan bangunan mewah) tapi di dalamnya banyak yang ngantri. Biaya dokter dan obatnya murah-murah. Obat berkisar 30 – 60 ribu per item. Saya berhenti kontrol karena pindah ke Sorowako habis menikah. Di Sorowako ya paling cuma pakai cleanser dan obat jerawatnya aja. Ga pake krim-krim lagi.
  8. dr. Muljani Enggalhardjo, SpKK, Marbly Skin Care – Serpong, Tangerang (Feb 2015 – now). Mulai ke dokter kulit lagi setelah pindah ke kota lagi. Dokter ini juga praktek di RS Siloam Karawaci. Waktu itu saya kesini karena penyakit Seborrhoic saya yang sudah mengganggu (terkelupas, gatal dan merah, kadang suka saya garuk sampai berdarah / luka kulit mukanya). Sekalian deh perawatan jerawatnya. Ternyata dokter ini juga praktek di Marbly Skin Care (terletak di dalam bangunan Mom & Child Clinic di Gading Serpong). Obatnya hanya dijual di Marbly Skin Care, jadi lebih enak konsul kesini daripada di RS karena ujung-ujungnya kita disuruh tebus resep obat disini juga. Harga obat berkisar 50 – 115 ribu per item. Saat ini saya masih baru perawatan disini, jadi belum bisa review banyak, tapi yang saya rasakan selama perawatan disana adalah dokternya baik dan sabar, pengertian dengan pasien kalau lagi program hamil (ga dikasih obat yang keras dan ga dikasi obat minum), ga maksain kita harus treatment disana (facial, mikrodermabrasi, laser) tapi hanya merekomendasikan saja, kulit muka saya ga jadi merah dan terkelupas gitu, jerawat yang mendem bisa keluar dan kempes total. Jadi mungkin akan saya terusin deh perawatan disini. Mudah-mudahan hasilnya sesuai harapan.

Ternyata banyak juga ya daftarnya, hehe. Saya ke dokter kulit sih bukan untuk gaya-gayaan tapi karena kulit saya memang bermasalah. Kalau kulit saya ga bermasalah mungkin saya lebih pilih produk pasaran aja.. lebih hemat pastinya!