Pregnancy # 2: Trimester 3 (28 – 38 Weeks)

Hai Semua! Maafkan sudah lama tidak update di blog lagi. Saat ini saya super sibuk mengurus anak bayi newborn yang bangun setiap 2-3 jam sekali untuk minum susu. Mau cari waktu luang sepertinya susah sekali. Kalau ada waktu luang pun saya prefer untuk istirahat karena kecapekan bergadang. Hehe. Mudahan ke depannya saya bisa lebih pintar untuk mengatur waktu seiring dengan pertambahan usia anak bayi ya.

Kalau saya disuruh menggambarkan kehamilan di Trimester 3 dengan satu kata saja, kata yang akan saya pilih adalah “capek“. Saat hamil di Trimester 3, ukuran perut kita akan mencapai puncaknya karena ukuran janin yang makin besar. Otomatis berat badan pasti ikut bertambah pesat sehingga beban tubuh juga makin berat. Keadaan itu membuat saya jadi lebih gampang lelah saat beraktivitas alias makin jompo. Hahaha. Maklumlah ya, usia saat hamil ini juga sudah tidak muda lagi, sudah 37 tahun. Stamina tubuh juga tidak secemerlang saat muda dulu.

Foto USG Janin 34 Weeks

Di Trimester 3, saya rajin kontrol kehamilan ke dokter Dezarino di Klinik USG Permata Hati setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 36 weeks. Setelah itu jadwal kontrol menjadi seminggu sekali. Saat memasuki usia kehamilan 34 weeks, saya melakukan screening USG 4D terakhir, sekalian untuk dapat foto muka USG janin. Konon, usia kehamilan yang makin tua akan membuat semakin susah untuk mendapatkan foto muka janin yang bagus. Alasannya, ukuran janin makin besar dan volume air ketuban sudah mulai berkurang sehingga janin sudah susah berputar posisi lagi. Dan memang kenyataannya demikian, saat kontrol hamil usia 36 weeks, posisi muka janin juga sudah tidak mendukung untuk mendapat foto yang bagus. Hahaha.

Ibu hamil di Trimester 3 harus lebih pintar untuk mengamati kondisi tubuhnya dan gerakan janinnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tekanan darah harus terus dipantau untuk faktor resiko preeklamsia. Gula darah juga harus terkontrol untuk menghindari diabetes gestasional. Ibu hamil juga harus mengenali tanda-tanda kontraksi yang akan menuju ke proses persalinan. Di saat inilah seorang Ibu hamil juga harus sudah memutuskan akan mengusahakan metode lahiran apa kelak, per Vaginam atau Sectio Caesarean (SC). Kalau memilih metode SC, disarankan sudah memutuskannya dari usia hamil 36 weeks karena biasanya SC yang terjadwal dilakukan saat usia kehamilan 37 – 38 weeks.

Saat hamil 36 weeks

Selama Trimester 3, saya tidak pernah merasakan gejala kontraksi palsu, tapi sekali-kalinya saya merasakan kontraksi, ternyata adalah kontraksi betulan! Kejadiannya saat saya hamil 32 weeks, sehabis makan malam saya merasa perut atas saya melilit dan nyeri. Awalnya saya pikir saya sakit maag, tapi makin lama makin sakit. Gonta-ganti posisi tidak membuat saya merasa baikan. Akhirnya suami mengantarkan saya ke Klinik USG Permata Hati, untungnya masih ada dokter Dezarino yang praktek. Dokter mengatakan saat itu saya mengalami gejala kontraksi awal yang kalau diteruskan akan memicu terjadinya pembukaan. Posisi janin juga sudah terdesak turun ke bawah. Akhirnya saya diberi obat anti kontraksi Microgest 100 mg dengan dosis 2 x 1 hari. Obat hanya diminum saat ada gejala kontraksi. Dokter menanyakan aktivitas fisik apa yang saya lakukan hari itu, dan saya menjawab jalan kaki di kompleks rumah. Menurut dokter, sebaiknya saya membatasi aktivitas fisik. Jalan kaki tidak disarankan dulu kecuali saat menjelang persalinan karena jalan kaki akan memicu terjadinya kontraksi. Sejak itu, saya dilarang pak suami untuk olahraga apapun dan hanya duduk manis jadi nyonyah di rumah. Hahaha.

Seminggu menjelang jadwal lahiran, saya disuruh melakukan tes darah oleh dokter Dezarino: Hematologi Rutin, Gula Darah Sewaktu, Test Koagulasi (Masa Pendarahan dan Pembekuan), Golongan darah dan Rhesus. Untuk screening penyakit menular (Imuno Serologi) seperti: Anti HIV, HBsAg, VDRL / RPR dan TPHA menggunakan hasil test darah sebelumnya yang dilakukan tanggal 12 September 2020. Tambahan pemeriksaan wajib di saat pandemi Covid-19 ini untuk persiapan kelahiran adalah rapid test (suami dan istri dan keluarga yang akan mendampingi / menjenguk ke RS). Poin terakhir ini tergantung kebijakan rumah sakit masing-masing, ada juga rumah sakit yang mewajibkan untuk swab test. Kalau Ibu hamil yang akan melahirkan positif terinfeksi Covid-19 maka akan dirujuk melahirkan di rumah sakit khusus yang melayani pasien Covid-19.

Staycation di Radisson Hotel Batam

Pesan saya untuk para Ibu hamil yang sebentar lagi akan lahiran: enjoy your time! Kalau anak bayi sudah lahir, rasanya dunia jadi jungkir balik karena sleepless night. Susah sekali punya me-time. Oleh karena itu, sebelum lahiran, saya sudah potong rambut, hair spa dan pijat hamil. Saya dan suami juga sempat weekend staycation di Radisson Hotel Batam untuk quality time berdua sebelum lahiran nanti. Satu lagi, puas-puasin makan enak sebelum lahiran karena setelah lahiran kita harus jaga makanan / nutrisi supaya pemulihan tubuh pasca lahiran berjalan baik dan bisa support untuk ASI.

Saya cukup beruntung karena kehamilan ini cenderung baik-baik saja, lancar dan tidak ada masalah komplikasi apapun. Kalau ada keluhan pun rasanya bisa dibilang minim, seperti gampang gerah dan kulit yang lebih terlihat menggelap (seperti bulukan). Selama hamil tidak ada stretchmark atau gatal-gatal di perut yang muncul. Kaki tidak pernah bengkak. Mungkin karena kenaikan berat badan saya dari awal hamil sampai menjelang lahiran hanya 12,7 kg saja. Saya bersyukur kehamilan ini bisa sehat sampai full term.

Next post, saya akan tulis tentang persiapan lahiran, proses melahirkan dan pasca lahiran, dan review rumah sakit bersalin. Mungkin tulisannya akan dibagi ke dalam beberapa post supaya tidak kepanjangan. Mudahan bisa curi-curi waktu lagi untuk menulis blog! Hehe.

Iklan

3 pemikiran pada “Pregnancy # 2: Trimester 3 (28 – 38 Weeks)

    • Halo..
      Ascardia diminum sampai 2 minggu sebelum lahiran, kalau aku waktu itu berarti stop di week 36.
      Untuk bisa lahiran normal, issue-nya bukan cuma pengentalan darah sih. Malah menurutku yang lebih penting adalah kondisi anatomis ibu seperti lebar panggul dan kekuatan napas untuk ngeden. Plus kondisi bayi juga memungkinkan, tidak ada lilitan tali pusar dan air ketuban volumenya masih cukup dan jernih. Sebaiknya konsul ke obgyn ya. Apapun proses lahirannya nanti, goalnya adalah ibu dan anak selamat dan sehat 🙂

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s