Hai hai.. Kembali lagi bersama saya, Sang Blogger abal-abal, yang tulisannya suka random dan tak jelas kapan munculnya. Hahaha. Saya memang sempat menghilang cukup lama dari peredaran blog ini karena banyak agenda keluarga. Di tanggal 25 Januari 2020, saya merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga Suami dan teman-teman Suami. Saya dan Suami jadi host untuk acara tersebut di rumah kami di Tangerang. Saya sibuk urusan dapur dan tetek-bengek lainnya yang bikin encok. Harap maklum, faktor usia yang tidak muda lagi membuat saya gampang encok masak berjam-jam di dapur, tanpa asisten pula! Hahaha.
Di bulan yang sama pula, Pak Suami dapat job offering di company yang lain. Lokasinya pun tidak tanggung-tanggung jauhnya, yaitu di Batam! Seumur-umur saya belum pernah menginjakkan kaki di kota Batam, bahkan terbersit keinginan untuk travel kesana pun belum pernah. Pak Suami juga perdana ke Kota Batam saat job interview saja, tidak sempat keliling-keliling di kotanya. Jadi setelah Pak Suami resmi tandatangan dan menerima tawaran kerja di Batam tersebut, saya berinisiatif melakukan survey lokasi bersama-sama Pak Suami. Bagi saya penting lho untuk mengetahui medan perang sebelum “bertempur” supaya tidak kalah dengan musuh. Eh, kenapa jadi bahas filosofi perang ya? Kebanyakan nonton serial perang-perangan nih kayaknya. Hehehe.
Saya dan Pak Suami pergi survey ke Batam tanggal 2-4 Februari 2020. Hasil survey yang saya tuliskan disini adalah first impression saya saat mengunjungi kota Batam. Berhubung saya bukanlah pegawai badan survey nasional, jadi data yang saya tulis ini hanya bisa saya pertanggungjawabkan terhadap diri saya ya. Hahaha. Harapan saya, tulisan ini bisa bermanfaat untuk calon pekerja / karyawan beserta keluarganya yang akan pindah ke Batam seperti halnya saya dan Pak Suami.

Tempat Tinggal
Sebagai kebutuhan utama atau primer, keberadaan tempat tinggal ini wajib hukumnya dan tidak bisa ditawar-tawar. Saya mencari tempat tinggal yang sesuai budget, aman dan cukup nyaman. Kenapa harus bisa memberikan kenyamanan? Karena kalau tidak nyaman, Istri (sebagai penunggu rumah) tidak mungkin betah lama-lama di tanah rantau. Kasihan Pak Suami nanti tidak fokus dengan kerjaan baru karena sibuk mendengarkan curahan hati Istri-nya tentang tempat tinggal yang tidak nyaman.
Saya dan Suami sepakat untuk tinggal di apartemen dulu selama 3 bulan pertama, sampai pak suami lulus dengan selamat di masa probation-nya. Memang dari segi harga sewa, apartemen akan lebih mahal daripada rumah. Tapi, durasi sewa dan pembayarannya lebih fleksibel apartemen. Untuk sewa rumah biasanya harus langsung bayar full setahun.
Saya menginginkan tempat tinggal yang fully furnished supaya saya tidak repot-repot lagi harus isi rumah sewa disana. Buat apa sibuk isi perabot di rumah sewa kalau kita nantinya akan meninggalkan rumah itu juga? Yang ada nantinya perabotan itu akan berakhir dengan dijual rugi saat kita meninggalkan kota Batam.
Rumah sewa fully furnished yang ada di Kota Batam tidaklah banyak. Kalau ada pun biasanya perabotannya agak nanggung. Range harga sewa rumah fully furnished dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi adalah sekitar Rp. 35 – 50 Juta per tahun. Tergantung luas rumah dan juga lokasi rumah di kompleks perumahan elite atau tidak. Kalau untuk expatriate, biasanya rumahnya di lokasi yang lebih elite dengan harga sewa minimum Rp. 100 Juta per tahun.
Apartemen di Kota Batam jumlahnya tidak sebanyak di Jakarta. Harganya pun cukup mencekik leher. Kesan pertama saya tentang kota Batam adalah harga sewa propertinya mahal-mahal seperti standar Jakarta. Berikut adalah hasil survey harga beberapa apartemen fully furnished di Kota Batam:
– Nagoya Mansion: Tipe Studio start from Rp. 4,5 Juta per bulan. Belum termasuk maintenance, listrik, air dan wifi.
– Aston Residence: Tipe Studio start from Rp. 8 Juta per bulan.
– Panbil Residende: Tipe Studio Deluxe start from 21 juta per bulan.
– Harmoni One Apartment: Tipe Studio start from Rp. 14 Juta per bulan.
– Centro Residence: Tipe Studio start from Rp. 12 Juta per bulan.
– Queen Victoria Apartment: Tipe 2 kamar tidur start from 4,5 Juta per bulan. Belum termasuk listrik, air dan wifi. Di Queen Victoria tidak ada unit studio, minimum tipe 2 kamar tidur.
Bisa dilihat sendiri kan betapa mengerikan harga sewa apartemen di Batam? Saya sempat bertanya ke salah satu agen properti di Batam, kenapa harga sewanya bisa semahal itu? Alasannya karena pemilik properti memilih pangsa pasar untuk expatriate, bukan orang lokal. Dari pilihan apartemen diatas saya memilih Queen Victoria Apartment. Saya dapat harga diskon dari angka ditas karena langsung bayar sewa 3 bulan. Dari segi lokasi memang Queen Victoria ini terletak di daerah yang agak sepi, bukan di pusat keramaian kota. Tapi, berhubung di Batam kemana-mana juga dekat, tidak terlalu masalah bagi saya kalau tidak tinggal di pusat keramaian. Yang penting bagi saya di unit apartemennya tidak ada penampakan (hantu). Hahaha.
Saya sempat juga lihat beberapa unit apartemen studio di Nagoya Mansion tapi kurang cocok. Apartemennya kurang bersih dan agak gelap (entah karena cahaya lampu atau kurang sinar matahari). Kemudian didalam unit tidak boleh menggunakan kompor gas, harus pakai kompor listrik (untuk faktor keamanan). Masalahnya, kalau pakai kompor listrik itu kan boros banget tagihan listriknya dan jadi kurang ekonomis bagi saya. Selain itu cari laundry susah, harus keluar apartemen dan naik kendaraan. Apartemennya tidak ada laundry coin sebagai tempat laundry bersama penghuni apartemen. Parkiran kendaraan di Nagoya Mansion juga kurang niat menurut saya karena kecil sekali untuk ukuran apartemen 2 tower dan 1 hotel. Fasilitas gym di Nagoya Mansion harus bayar lagi sekitar Rp. 300.000 per orang. Kalau ditotal-total harga sewa bulanannya akan jadi lebih mahal dibanding dengan Queen Victoria. Satu-satunya keunggulan Nagoya Mansion menurut saya adalah lokasinya yang berada di dekat pusat bisnis Kota Batam.
Transportasi
Kota Batam masih minim transportasi publiknya. Angkot ada tapi kondisi kendaraannya kurang bagus. Transportasi publik yang agak lumayan di Batam adalah Trans Batam. Kekurangannya adalah armadanya belum terlalu banyak dan rute-nya agak muter jadi lebih lama di jalan. Halte Trans Batam juga masih seadanya, tidak sebagus Trans Jakarta.
Transportasi online di Batam seperti Gojek dan Grab sudah tersedia. Hanya saja sering ada ribut antara supir taxi konvensional dan online. Oleh karena itu, transportasi online di Batam masih terbatas aksesnya. Transportasi online tidak boleh masuk ke area Bandara dan mall.

Dengan minimnya transportasi publik di kota Batam, orang-orang jadi lebih senang menggunakan kendaraan pribadi. Dikarenakan pak suami masih akan mengikuti masa probation 3 bulan, saya memilih untuk sewa kendaraan bulanan saja di Batam. Setelah Pak Suami lulus probation baru akan diatur pengiriman mobil milik pribadi dari Tangerang. Selama ditinggalkan 3 bulan, mobil kami akan dititipkan ke rumah saudaranya Pak Suami yang juga di Tangerang supaya tidak rusak (terutama elektrikal mobilnya) karena tidak pernah dipakai.
Sewa motor bulanan di Batam harganya mulai dari Rp. 450 Ribu per bulan untuk motor manual dan Rp. 600 Ribu per bulan untuk motor matic. Sedangkan untuk sewa mobil matic bulanan harga mulai dari Rp. 4 Juta per bulannya tergantung besar kecilnya cc mesin mobil. Kebetulan saya dapat harga sewa yang lebih murah karena dapat kenalan dari teman saya yang orang Batam. Jadi saya cuma dikasih harga Rp. 3,1 Juta per bulan untuk mobil Calya matic karena saya bilang mau sewa langsung 3 bulan. Mahal? Tentu saja! Bagi saya juga harga segitu mahal kok. Tapi itu adalah pilihan terbaik saat ini karena kalau kirim mobil dari Jakarta ke Batam via cargo laut harganya Rp 8,4 Juta sekali jalan (include asuransi mobilnya). Harga ini akan berubah-ubah sesuai dengan tipe mobil, cc mobil dan juga tahun produksi mobil. Tidak mungkin nanti selesai kerja di Batam mobilnya ditinggal disana kan? Pasti akan dikirim balik ke Jakarta lagi. Harga kirim mobil dari Batam ke Jakarta via cargo laut lebih mahal lagi, yaitu Rp. 8,9 Juta (include asuransi mobilnya). Jadi kirim mobil Jakarta-Batam-Jakarta akan menghabiskan dana sekitar Rp. 17,2 Juta. Sayang sekali sudah mengeluarkan dana sebesar itu kalau masa kerja di Batam-nya tidak akan lama.
Traffic Situation
Selama beredar di Kota Batam dengan membawa kendaraan pribadi, saya dan pak suami tidak pernah mengalami macet sama sekali semacam macet yang sering terjadi di Jakarta! Hahaha. Surga banget deh. Jalanannya pun besar-besar, bahkan ada jalan raya yang memiliki 5 ruas di bagian kiri dan kanan-nya.
Jumlah kendaraan belum terlalu banyak di Kota Batam sehingga jalanan cukup lowong. Karena kotanya kecil, kemana-mana pun juga dekat. Dari satu tempat ke tempat lainnya yang sama-sama ada di pusat kota paling hanya 10 menit berkendara. Tentunya hal ini akan bikin penggunaan bahan bakar kendaraan jadi lebih irit. Oh iya, harga bahan bakar di Batam sama saja dengan harga bahan bakar di Pulau Jawa ya. Hanya saja stok bahan bakar premium terbatas disini dan sering kosong.
Biaya Makan
Makan juga merupakan sebuah kebutuhan primer yang mutlak harus ada. Kalau untuk makanan, di Batam menurut saya lebih terjangkau dibanding Jakarta, selama kita makannya tidak di mall atau restaurant besar. Di Kota Batam banyak food court di kios-kios pasar, atau di depan ruko-ruko yang bentuknya mirip seperti hawker di Singapore. Makanannya juga enak-enak, perpaduan cita rasa masakan Indonesia, Singapura dan Melayu. Bahkan teh tarik yang di kedai-kedai kecil pun enak-enak! Mirip dengan teh tarik dari negara asalnya. Harga makanan di food court ini mulai dari Rp. 20.000 per porsi dan minuman seperti teh tarik mulai dari harga Rp. 10.000 per gelas.

Teman saya yang juga orang Batam mengenalkan saya dengan bakery yang terkenal di Batam, namanya Morning Bakery. Rotinya tipe roti jadul yang padat dan lembut. Saya suka dengan tipe roti seperti itu. Harga rotinya mulai dari Rp. 7.500 per piece. Di kedai Morning Bakery juga ada kedai-kedai kecil yang menjual makanan berat seperti Nasi Lemak, Nasi Kuning, Bubur, dan lain lain untuk menu sarapan atau makan siang. Harganya juga bersahabat.
Saya sempat datang ke restaurant seafood 007 yang terkenal di Kopak Jaya, rekomendasi teman saya juga. Nah, kalau ini harganya memang mahal karena dia menjual seafood segar dan menjual suasana pemandangan laut. Tapi, walaupun mahal, porsinya besar dan bisa dimakan ramai-ramai.

Ada juga restaurant Sop Seafood Yong Kee yang sempat saya datangi saat survey. Sebelum datang ke tempat ini, saya membayangkan ikan atau seafood itu pasti akan berasa amis kalau dibuat sop. Biasa olahan ikan dan seafood kan digoreng atau dibakar saja. Kali ini saya mencoba menu lainnya yaitu sop ikan. Suprisingly, enak lho! Tidak amis sama sekali, segar dan gurih. Harganya mirip kalau makan di restaurant mall sih kalau ini. Tapi, beneran worth to try. Satu porsi sop ikan / seafood medium bisa dimakan untuk 2 orang.

Tahu restaurant bernama “Ayam Penyet Ria”? Ternyata pusatnya itu ada di Batam lho. Saya juga baru tahu pas berkunjung kesana. Saya mencoba “Ayam Penyet Ria” pertama kali malah pas di Singapura. Hahaha. Saat di Batam, saya makan di restaurant “Ayam Penyet Ria” yang ada di Lovina Inn. Rasanya enak dan cita rasa Indonesia. Sambalnya pedas nikmat! Harganya juga cukup murah. 1 paket ayam penyet (Nasi, Ayam, Tahu, Tempe, Sambal, Lalapan dan Minuman) dihargai sekitar Rp. 35.000
Kalau mau masak sendiri demi penghematan, di Batam punya banyak pasar (basah) untuk tempat belanja. Pasar yang konon paling lengkap di Batam untuk berbelanja kebutuhan pokok adalah Pasar Mitra. Untuk pasar ikan segar ada di Pasar Pujabahari Nagoya. Kalau mau beli buah-buahan ada pasar buah di daerah Jodoh. Mau belanja daging babi ada di Pasar Penuin. Pusingnya adalah harus lompat-lompat pasar untuk belanjanya. Kalau mau one stop shopping disarankan ke supermarket lokal Batam seperti TOP 100 atau DC Supermarket.
Untuk air minum kemasan dalam bentuk galon, saya sangat terkejut dengan harga air galon Aqua di Batam yang mencapai harga sekitar Rp. 40.000 per galon. Dibandingkan dengan harga air galon Aqua di Jakarta yang hanya Rp. 18.500 per galon. Konon harga yang mahal ini karena ongkos transportasi dari Jawa ke Batam yang tinggi. Untuk penghematan, banyak orang menyarankan pakai air galon kemasan merk lokal “Sanford” saja yang harganya sekitar Rp. 15.000 per galon. Tapi dari segi rasa, “Sanford” ini agak sedikit lebih manis daripada Aqua. Tidak masalah bagi saya, yang penting sudah lolos BPOM saja.
Lokasi
Lokasi Batam cukup strategis karena bersebelahan dengan negara tetangga, yaitu Singapura dan Johon Bahru. Untuk menuju ke negara tersebut tinggal naik kapal ferry saja. Untuk ke Singapura, naik kapal ferry sekitar 1 jam dengan harga tiket kapal ferry mulai dari Rp. 265.000 saja. Disarankan beli tiket kapal ferry di agen lokal bernama Toko Pagi Sore di daerah Nagoya untuk mendapatkan harga termurah. Saya akan bahas ini lebih detail kalau sudah coba langsung ya!
Shopping Center
Kota Batam ternyata punya banyak mall dan tempat perbelanjaan. Tapi, dibandingkan Jakarta memang mall dan tempat belanja di Batam kalah mewah. Ada 2 mall di kota Batam yang bagi saya cukup oke dan mirip dengan mall di Jakarta (dari bangunan dan juga tenant list-nya), yaitu Grand Batam Mall dan Mega Mall Batam. Khusus Mega Mall Batam, ada akses langsung ke pelabuhan ferry menuju Singapura dan Malaysia.
Gym
Sebagai member tempat fitness dengan jaringan terluas di Indonesia, Celebrity Fitness atau biasa disebut CelFit, saya sedikit kecewa karena klub CelFit Batam sudah tutup. Hiks. Dulunya CelFit sempat ada di Kepri Mall, tapi entah karena kurang laku atau bagaimana, keberadaannya tidak berlangsung lama di Batam. Mau tidak mau, saya terpaksa harus stop membership CelFit saya dan Suami karena percuma juga tidak bisa digunakan saat di Batam.
Opsi lain gym di Batam adalah tempat fitness brand lokal setempat. Saya kemarin ada sempat melihat-lihat sekilas tempat Fitness “Elite Health Club” yang ada di Hotel Sahid Batam Centre dan juga “Vitka Fitness” yang punya beberapa cabang di Kota Batam. Harganya cukup affordable, mulai dari Rp. 300 Ribu per bulan per orang. Ada juga semacam kelas-kelas kebugaran seperti Zumba, Pound Fit, Line Dance, dan lain-lain, walaupun jadwal dan jumlah kelasnya tidak sebanyak yang ada di CelFit.
Barang Elektronik
Konon barang elektronik yang ada di Batam murah-murah dibanding harga di Jakarta karena barang di Batam tidak kena pajak. Kenyataannya: sama saja harganya, mirip-mirip dengan di Jakarta! Saya cek harga barang elektronik rumah tangga di supermarket lokal mirip harganya dengan di Jakarta. Menurut salah seorang narasumber yang saya tanyai, barang elektronik yang mungkin agak lebih murah kalau beli di Batam itu biasanya adalah produk handphone / gadget. Tapi beda harganya pun paling Rp. 200-300 Ribu per item barang (dengan harga di Jakarta), bukan yang sampai jadi setengah harga. Itupun kita harus tahu beli di toko mana yang terpercaya.
Demikianlah hasil survey saya selama kurang lebih 3 hari 2 malam di kota Batam. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang mungkin sedang mencari informasi tentang Batam. Nantikan tulisan-tulisan saya selanjutnya tentang liputan dari kota Batam ya. Hahaha. Dengan pindah ke Batam, berarti saya sudah mengalami pindahan 3 kali selama menikah: Sorowako (SulSel), Tangerang (Banten) dan Batam (Kep. Riau). Entah setelah ini kehidupan akan membawa saya kemana lagi. Anggap saja sebuah petualangan merantau ke tempat baru. Hehehe.
Wahh exciting nih new place! Ditunggu review tempat2 kece di Batam ya ci. Aku skrg tinggal di SG. Suatu hari pengen weekend getaway deh kesana 😀
SukaSuka