Awal bulan Desember adalah hari ulang tahunnya pak suami tercinta. Saya tidak kasih kado berupa barang apa-apa karena saya lihat sekarang ini barang-barangnya dia masih bagus semua, belum saatnya diganti. Oleh karena itu, saya mengajukan opsi travel saja sebagai perayaan ulang tahun. Saya lebih suka tipe perayaan yang seperti ini sih karena memories stay forever.
Saya memilih perjalanan dalam negeri saja karena budget yang terbatas. Bulan Oktober kemarin pengeluaran keluarga lagi banyak-banyaknya, urusan hamil dengan janin tidak berkembang dan juga kuretase. Kebetulan semua masuk dalam biaya pribadi karena tidak di-cover oleh kantor suami. Dari sekian banyak destinasi dalam negeri yang menarik, saya memilih kota Surabaya dan Batu-Malang. Pada awalnya niatan pergi kesana adalah untuk melihat pemandangan di Gunung Bromo. Akan tetapi, dari hasil membaca blog orang-orang, banyak yang mengatakan bahwa bulan Desember atau saat musim hujan bukanlah saat yang tepat untuk mengunjungi Gunung Bromo. Alasannya puncak gunung akan tertutup kabut tebal sehingga tidak ada pemandangan yang terlihat saat matahari terbit. Jadi saya pun mencoret destinasi Gunung Bromo dari list saya.
Untuk menuju Surabaya dari Jakarta, ada beberapa pilihan moda transportasi, yaitu mobil (sekitar 10-12 jam), kereta api (paling cepat 9 jam) dan pesawat (hanya 1,5 jam). Dengan alasan fisik yang sudah semakin jompo (faktor usia) dan efisiensi waktu, saya dan suami memilih naik pesawat saja. Saya memesan tiket pesawat Air Asia pulang pergi dari/ke Surabaya seharga 2,8 Juta untuk 2 orang.
Kota Surabaya adalah kota terbesar nomor dua di Indonesia setelah Jakarta. Selayaknya kota besar, tidak banyak objek wisata yang ada di dalam kota Surabaya. Itulah sebabnya jarang sekali warga Jakarta yang berlibur ke Surabaya, karena yang dilihat juga sama-sama pemandangan dan suasana perkotaan. Hahaha. Niat utama saya datang ke Surabaya adalah untuk wisata kuliner dan sekalian main ke Batu-Malang. Untuk bagian wisata kuliner akan saya post terpisah supaya tulisan ini tidak jadi terlalu panjang.
Surabaya (30 November – 4 Desember 2019)
Cuaca
Dibandingkan cuaca di Jakarta, cuaca di Surabaya lebih panas, terik dan bikin gerah. Saya yang biasanya di Jakarta jarang keringatan saja jadi merasa cepat lepek di Surabaya. Hahaha. Sangat disarankan untuk rajin apply sunblock selama berjalan-jalan di Surabaya, minimal harus SPF 50 karena panas teriknya sudah seperti di pinggir pantai.
Suasana Kota
Sebelum menyaksikan sendiri bagaimana kota Surabaya yang sebenarnya, saya seringkali mendengar warga Surabaya yang mengelu-elukan walikota mereka, Ibu Risma, sebagai orang yang berhasil membuat perubahan di Kota Surabaya menjadi lebih baik. Ternyata semua itu benar adanya. Kota Surabaya sangat bersih, rapi dan asri. Banyak pohon-pohon dan taman hijau yang terawat. Pedagang Kali Lima (PKL) hampir tidak pernah terlihat di pusat kota. Kemacetan yang terjadi hanya di jam-jam sore hari, itupun menurut saya tidak ada seberapa macetnya Jakarta. Hahaha. Tidak ada pengamen, pengemis dan gelandangan yang terlihat di lampu merah jalan seperti halnya Jakarta. Pokoknya saya angkat jempol untuk pemerintah dan warga kota Surabaya untuk hal ini.
Hotel
Bagi orang yang berkunjung pertama kali ke Surabaya, disarankan untuk mencari hotel / penginapan yang berada di pusat kota supaya dekat kemana-mana: daerah Genteng, Gubeng atau Darmo. Saya memilih hotel yang berada di daerah Genteng, tidak jauh dari mall Tunjungan Plaza yang terkenal itu. Nama hotelnya adalah Hotel Kampi.
Hotel Kampi adalah hotel bintang 3 yang berada di naungan Santika Group. Dari segi kebersihan dan kenyamanan kamar, keramahan petugas, dan menu breakfast-nya saya cukup puas. Tersedia pula lahan parkir yang cukup luas bagi tamu yang membawa mobil. Lokasinya dekat dengan Pizza Hut dan Circle K Taman Apsari. Dari segi harga kamar pun tidak perlalu mahal. Saya dapat harga kamar Rp. 430.000 per night dan sudah termasuk breakfast untuk 2 orang. Lucunya, karena lokasi hotel yang lumayan dekat dengan Balai Kota Surabaya, saat upacara senin pagi suaranya cukup terdengar sampai di kamar kami.
Kekurangan dari hotel ini adalah sering terimbas arus macet Tunjungan Plaza (biasanya di sore hari). Jalanan kota Surabaya memang banyak yang berupa jalan satu arah. Seringkali saat pergi dari hotel menuju ke suatu tempat, rute jalan yang disarankan oleh program navigasi (Google Maps) selalu melewati jalur Tunjungan Plaza. Jadi agak bermacet ria sedikit deh.
Transportasi
Saya menyewa mobil selama 5 hari untuk beredar di kota Surabaya dan Batu-Malang. Selama saya beredar di kota Surabaya, angkutan umum sangat jarang terlihat. Tidak banyak angkot atau bus umum yang berkeliaran di dalam kota seperti halnya di Jakarta.
Dari hasil penelusuran di internet, kebanyakan perusahaan rental mobil di Surabaya mewajibkan jaminan untuk sewa mobil lepas kunci, biasanya mereka minta dokumen identitas asli (KTP, NPWP / BPJS, SIM C) dan juga motor plus STNK-nya untuk ditahan. Kalau tidak punya motor (biasanya dari orang luar kota), bisa diganti dengan deposit uang 5 Juta Rupiah. Wajar sih karena mereka takut mobil mereka dibawa kabur oleh customer. Tapi, pak suami jadi was-was kalau dokumen identitas diri, terutama KTP, disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Di jaman serba mudah ini, KTP kita bisa disalahgunakan untuk pinjaman online. Tahu-tahu kita bisa ditagih dengan nominal angka yang fantastis. Karena hal ini saya sempat jadi ragu mau sewa mobil.
Untungnya, sepupu saya punya kenalan / langganan rental mobil lepas kunci di Surabaya. Berkat koneksi dan referensi dari sepupu saya, pihak rental tidak mewajibkan saya memberikan jaminan apa-apa. Saya menyewa mobil Honda Mobillio 2017 (transmisi manual) dengan harga 275 Ribu Rupiah per hari. Ada biaya tambahan Rp. 150.000 untuk biaya antar-jemput mobil ke bandara Juanda. Saya minta serah terima mobil di Bandara Juanda saja supaya lebih praktis dan bisa langsung dipakai. Dari bandara Juanda ke pusat kota kalau naik taksi resmi bandara bisa memakan biaya sekitar Rp. 150.000 (one way) karena memang jarak tempuhnya jauh, sekitar 40 menitan. Di bandara Juanda tidak boleh ada taksi online yang beredar sehingga pilihan moda transportasi untuk ke pusat kota Surabaya tidak banyak.

Kalau pertama kali bawa mobil di Surabaya, jangan kaget ya kalau tarif parkirnya mahal. Untuk tarif parkir pinggir jalan harganya per perhentian adalah Rp. 5.000. Harga tersebut adalah tarif resmi sesuai peraturan daerah. Petugas parkir yang menerima uang parkir pun menggunakan seragam jadi bukan petugas parkir liar. Untuk tarif parkir di mall rasanya juga lebih mahal dari Jakarta, tarif parkir 1 jam pertama adalah Rp.10.000 dan berjenjang (Maaf saya lupa tarif per jam berikutnya berapa).
Shopping Malls

Sebenarnya di Surabaya banyak sekali mall, bangunan mall-nya pun megah tidak kalah dengan Jakarta. Tapi, karena waktu yang terbatas saya hanya sempat mengunjungi 2 mall, yaitu Tunjungan Plaza dan Pakuwon Mall. Tunjungan Plaza (TP) terletak di pusat kota dan merupakan mall terbesar di kota ini. Tunjungan Plaza memiliki 6 bangunan mall yang dibuat jadi satu kompleks, namanya TP 1 – TP 6. Bangunannya agak tua tapi tetap terawat, mirip seperti Mall Kelapa Gading kalau di Jakarta. Sementara itu, Pakuwon Mall terletak di Surabaya Barat dan relatif lebih baru. Pakuwon Mall ini mengingatkan saya akan Gandaria City kalau di Jakarta, dan ternyata mereka memang masih satu group. Di Pakuwon Mall, saya membuat janji ketemuan dengan teman lama saya yang sekarang tinggal di Surabaya. Selain itu, saya dan suami juga menyempatkan diri untuk berolahraga di Celebrity Fitness Pakuwon Mall. Lumayan untuk bakar kalori setelah kulineran kesana kemari.


Vihara
Pada kunjungan ke Surabaya ini, saya dan suami meluangkan waktu mengikuti kebaktian di hari Minggu pagi di vihara Dhamma Jaya yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Pakuwon Mall. Vihara ini konon adalah vihara Theravada terbesar di Surabaya. Gedung Dhammasala-nya bagus dan ber-AC. Uniknya, umat yang ikut kebaktian disini wajib berpakaian putih (baju) dan hitam (celana). Jadwal kebaktian umum adalah setiap Minggu pk. 09:30 – 11:30 WIB.

Secara overall, saya menikmati suasana kota Surabaya. Walaupun sama-sama kota besar, Surabaya tidak sesibuk kota Jakarta. Selain itu, makanan di Surabaya enak-enak lho. Berikutnya kita akan bahas tentang kuliner di Surabaya ya!