Kuret / Kuretase Hamil

Cerita yang akan saya tulis ini masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya. Jadi kalau kalian belum baca, silakan baca dulu ya “Pregnancy Story” untuk detailnya. Singkat kata, saya harus melakukan tindakan kuret atau istilah keren kedokterannya D&C (Dilation & Curretage) karena janin dalam kandungan saya tidak berkembang dan tidak bisa diselamatkan lagi.

Untuk usia kehamilan dibawah 3 bulan, ada 3 cara untuk mengakhiri (terminasi) kehamilan:
– Gugur alami
– Menggunakan Obat
– Kuret / Kuretase / D&C

Pada awalnya saya mencoba untuk menunggu janin saya gugur sendiri. Tetapi walaupun saya sudah banyak beraktivitas di rumah dan jalan-jalan, saya tidak juga mengalami tanda-tanda keguguran berupa flek darah dan kram perut. Bahkan saat di USG juga posisi kantong hamil masih melekat sempurna di rahim dan belum ada bukaan mulut rahim. Kantong rahim tetap bertambah besar padahal janinnya tidak berkembang (dan tidak ada detak jantung). Seakan-akan tubuh saya tidak mengenali keguguran dan tetap merasa hamil. Tanda-tanda kehamilan walaupun melemah tapi tetap saya rasakan. Keadaan ini berlangsung sampai 4 minggu lamanya sehingga dokter menyarankan saya untuk melakukan kuret saja. Menurut dokter, penggunaan obat untuk menggugurkan kandungan memiliki resiko untuk meninggalkan sisa-sisa jaringan plasenta / janin di dinding rahim yang berujung kepada tindakan kuret untuk membersihkannya. Jadi daripada 2 kali sakit lebih baik saya langsung kuret saja.

Selama hamil, saya sempat mendatangi beberapa dokter yang praktek di rumah sakit yang berbeda di Tangerang dan Jakarta. Waktu itu saya dan suami masih galau tentang kondisi janin kami, sampai-sampai kami keliling sampai 4 dokter obgyn di rumah sakit yang berbeda untuk mencari opini lain. Pada intinya, semua dokter yang kami datangi mengatakan bahwa memang janin kami sudah meninggal dalam kandungan dan tidak bisa dipertahankan lagi.

Dengan adanya vonis dokter tersebut, saya pun melakukan survey harga kuret di beberapa RS di Tangerang dan Jakarta. Hampir semua rumah sakit memberlakukan tindakan kuret sebagai one day care (tidak perlu rawat inap) dan biaya yang dicantumkan sudah termasuk jasa tindakan dokter obgyn, jasa tindakan dan obat dokter anastesi, serta sewa ruangan operasi. Sebaiknya kita juga mempersiapkan dana lebih untuk antisipasi kalau-kalau setelah kuret ada komplikasi sehingga kita harus dirawat inap di rumah sakit. Berikut adalah hasil survey saya untuk biaya kuret:
– RS Omni Alam Sutera: Rp. 10-11 Juta (belum termasuk obat rawat jalan, biaya lab PA dan pemeriksaan darah)
– RS Eka Hospital BSD, Tangerang: Rp. 11-12 Juta (belum termasuk obat rawat jalan, biaya lab PA dan pemeriksaan darah)
– Family Fertility Center (FFC) – RSIA Family Pluit, Jakarta: Rp. 6,5-8,5 Juta (belum termasuk obat rawat jalan, biaya lab PA dan pemeriksaan darah)

Pada akhirnya saya memilih FFC – RSIA Family Pluit untuk tempat melaksanakan tindakan kuret karena harganya lebih terjangkau. Selain itu, saya pernah ada pengalaman kuret polip rahim juga sebelumnya disana dengan dokter Malvin Emeraldi dan hasilnya baik (tidak meninggalkan jaringan parut di dinding rahim). Buktinya saya bisa hamil alami, hahaha. Record kesehatan saya juga banyak disana karena saya sudah 2 kali program bayi tabung di FFC walaupun berakhir dengan kegagalan. Kekurangannya hanya ada satu, yaitu jam kerja kliniknya tidak fleksibel. Mereka hanya beroperasi jam 8 – 12 siang di hari Senin – Sabtu saja. Jadi kita tidak bisa datang tiba-tiba kesana dalam kondisi emergency. Kalau emergency mungkin harus masuk lewat RSIA Family, tapi konsekuensinya biaya tindakan bisa jadi berbeda karena mengikuti price list RSIA Family yang biasanya lebih mahal daripada di FFC.

Persiapan Kuret

Dari segi medis sebenarnya tidak ada persiapan apa-apa kecuali puasa makan dan minum (termasuk air putih) dari semalam, H-1 dari jadwal kuret. Durasi puasa yang disarankan 8-12 jam. Selain itu istirahat yang cukup biar ada tenaga keesokkan harinya.

Persiapan non medis saya adalah memberikan sugesti positif ke tubuh saya dan juga berdoa. Saya dan suami baca doa untuk anak dalam kandungan saya, semoga dia bisa tenang dan lebih bahagia nantinya. Mungkin saja jiwanya tidak tenang karena jasadnya masih ada di rahim saya. Kemudian saya bilang sambil elus-elus perut bawah yang sudah sedikit melendung: “Mommy dan Daddy ikhlas kamu pergi, Nak. Semoga kamu lebih bahagia disana ya. Doakan Mommy dan Daddy supaya tetap kuat dan tabah menjalani semua cobaan ini. Kalau berjodoh, suatu saat nanti pasti kita akan ketemu lagi. Doakan juga semoga kelak adik-adikmu yang akan datang ke rahim Mommy bisa lebih beruntung, sehat dan kuat. Mommy terpaksa harus melakukan kuret besok untuk melepaskan jasad kamu, bukan karena Mommy tidak sayang kamu, tapi supaya kamu bisa lebih tenang disana. Tolong lancarkan jalan ini ya, Nak.“. Selain itu, saya juga memberikan sugesti kepada rahim saya: “Saya tahu bahwa kamu sayang sama anak ini sampai kamu tidak rela membiarkan dia untuk pergi. Kamu telah melakukan pekerjaan yang sangat hebat dengan menopang kehidupannya walaupun kebersamaan kita dengannya tidaklah lama. Tugas kamu sudah selesai sampai disini. Kita harus ikhlaskan anak ini untuk pergi demi kebaikannya. Semoga kita bisa lebih beruntung di kemudian hari ya. Semoga besok semua lancar dan maaf kalau saya harus melukai kamu lagi untuk kesekian kalinya. Semoga kamu bisa cepat pulih.“.

Selasa, 8 Oktober 2019

Hari ini jadwal tindakan kuret di FFC. Saya disuruh datang pk 07.30 pagi dalam keadaan sudah puasa. Sebelum tindakan kuret, saya disuruh USG Transvaginal lagi untuk memastikan kondisi janin dan letaknya. Ternyata, sugesti positif saya semalam berhasil. Kantong hamil sudah agak turun dan ukuran janin mengecil, selain itu sudah ada bukaan sedikit di mulut rahim (tanpa saya harus merasakan flek dan kram) walaupun memang posisi janin masih agak jauh dari jalan keluarnya. Padahal ketika hari Sabtu, saat saya cek di dokter lain, kondisi kantong hamil dan janin masih melekat erat di rahim dan belum ada bukaan mulut rahim sama sekali.

Dikarenakan mulut rahim saya sudah ada bukaan, saya tidak perlu minum obat induksi yang merangsang pembukaan mulut rahim yang efeknya bikin mules tidak karuan itu. Seakan-akan alam semesta sudah melancarkan proses ini untuk saya, tanpa saya harus merasakan sakit sedikit pun.

Tidak lama saya dipanggil masuk ke ruangan, dipasangin selang infus dan disuruh berganti pakaian. Setelah itu saya masuk ke ruang tindakan, dimana saat itu dokter anastesi sudah ready dan menanyakan beberapa hal tentang berat dan tinggi badan saya serta riwayat alergi obat. Kemudian dokter anastesi menyuntikkan obat bius melalui selang infus (bius total) dan dalam beberapa detik saya tidak sadarkan diri lagi.

Saat tindakan kuret akan selesai dan saya masih dalam kondisi tidak sadar, suster menanyakan ke pak suami apakah jaringan janin mau diperiksa genetik kromosomnya atau tidak? Harga cek lab kromosom janin di RSIA Family adalah sekitar 3,78 Juta Rupiah. Tapi pak suami menolak dan akhirnya jaringan yang diambil saat kuret hanya dilakukan pemeriksaan lab PA (Patologi Analisis).

Alasan pak suami menolak melakukan pemeriksaan lab kromosom pada janin kami adalah hasil pemeriksaan tersebut tidak akan merubah keadaan apapun, anak kami tetaplah sudah meninggal. Kalaupun memang ditemukan kelainan kromosom, kita sebagai manusia juga tidak punya kuasa untuk menghadapinya. Saat ini belum ada obat untuk mengatasi kelainan kromosom. Jadi lebih baik berserah diri dan tetap ikhlas saja dengan proses ini.

Saya sadar dari bius ketika tindakan sudah selesai. Tidak berasa sakit apa-apa, tapi saya merasa darah terus mengalir lewat vagina. Dokter pun menyuntikkan beberapa obat melalui selang infus saya: Obat anti pendarahan, obat nyeri dan antibiotik. Menurut dokter, tekanan darah saya sempat naik karena banyaknya darah yang keluar saat tindakan. Tapi setelah sadar, tekanan darah berangsur-angsur normal.

Saya kemudian dipindahkan ke ruang recovery. Tubuh masih berasa lemas dan agak pusing akibat efek obat bius. Di saat masih dalam kondisi puasa makan dan minum setelah kuret, petugas laboratorium datang dan mengambil sampel darah saya untuk dilakukan pemeriksaan: Hematologi lengkap (termasuk di dalamnya hemoglobin) dan faktor kekentalan darah Fibrinogen dan D-Dimer.

Setelah sampel darah saya diambil, saya baru boleh makan dan minum. Setelah itu, 1 jam kemudian saya merasa tubuh saya sudah lebih enakan dan bertenaga sehingga saya minta pulang ke suster. Selang infus saya dicabut dan kemudian suster menjelaskan obat yang harus saya minum di rumah. Saya disuruh kontrol kembali ke dokter hari Senin, tanggal 14 Oktober 2019.

Obat yang diresepkan untuk saya minum di rumah adalah sebagai berikut:

  • 10 cap – Cefila 200mg Kapsul (2 x 1 hari) untuk antibiotik (kandungan dari obat ini adalah Cefixime).
  • 6 tab – Bledstop Tablet (2 x 1 hari) untuk kontraksi rahim supaya rahim cepat bersih dari gumpalan darah ataupun sisa jaringan.
  • 10 tab – Kalnex 500 mg Tablet (3 x 1 hari) untuk menghentikan pendarahan.
  • 10 tab – Hemobion Kapsul (1 x 1 hari) untuk penambah darah.
  • 15 tab – Zaldiar Tablet (3 x 1 hari) untuk anti nyeri.

Semua obat tersebut diminum setelah makan supaya tidak mengiritasi lambung. Untuk anti nyeri pada akhirnya tidak saya konsumsi sama sekali karena nyeri / sakit yang timbul setelah kuret masih tergolong ringan menurut saya. Sakit yang dirasa hanya berupa nyut-nyutan di rahim seperti saat haid.

Biaya Kuret:
– Tindakan Kuret: Rp. 8.500.000 (sudah termasuk lab PA)
– Obat-obatan rawat jalan: Rp. 714.200
– Pemeriksaan darah setelah kuret: Rp. 1.070.000
– Biaya administrasi: Rp. 55.000
TOTAL BIAYA = 10.339.200

Tips dari saya untuk yang akan menjalani tindakan kuret:

  1. Bawa pembalut nifas / pembalut melahirkan.
    Dari pengalaman saya, sesaat setelah selesai kuret, darah masih mengalir deras. Pembalut maxi yang saya pakai cepat penuh dan bahkan tembus ke celana dalam. Pembalut nifas / melahirkan memiliki kapasitas serap cairan yang lebih banyak dari sekedar pembalut biasa. Darah merah segar yang keluar deras ini berlangsung selama 2 hari. Saat hari ke-3 saya sudah bisa menggunakan pembalut maxi biasa.
  2. Pakai celana / rok yang nyaman dan lebih baik berwarna gelap.
    Waktu itu saya pakai celana warna khaki dan akhirnya terlihat jelas noda darah di celana tersebut. Hahaha.
  3. Siapkan dana lebih.
    Biasanya harga kuret yang disebutkan rumah sakit belum termasuk biaya lain-lain. Jadi lebih baik siapkan dana lebih untuk mengantisipasi biaya tersebut. Selain itu, walaupun jarang terjadi, ada kasus dimana pasien setelah kuret harus lanjut rawat inap karena kondisi tubuhnya tidak memungkinkan untuk langsung rawat jalan (misal Hemoglobinnya terlalu rendah, mual muntah dan pusing, dan lain-lain).
  4. Jangan merencanakan perjalanan jauh setelah kuret (misal ke luar kota / luar negeri).
    Sesaat setelah kuret sampai dengan dua hari ke depan, darah segar akan terus mengalir deras (jumlahnya lebih banyak daripada haid hari pertama). Hal ini akan bikin kita lemas dan pandangan sering berkunang-kunang karena kurang darah. Jadi lebih baik saat itu dipakai untuk beristirahat memulihkan diri.

Pantangan setelah kuret menurut dokter:

  • Jangan berhubungan badan dengan suami sampai selesai masa nifas (sudah tidak keluar darah lagi).
  • Jangan olahraga dulu. Olahraga baru boleh dimulai 2 minggu setelah kuret, itupun harus dibatasi pada olahraga yang ringan. Dilarang untuk berenang juga pada saat ini, tapi saya kurang jelas alasannya kenapa. Olahraga agak berat baru boleh setelah 3 minggu ke atas pasca kuret.
  • Mulai beraktivitas seperti biasa setelah hari ke-3 pasca kuret atau saat aliran darah yang keluar sudah berkurang. Tidak disarankan untuk terlalu banyak berbaring karena akan mengganggu pengeluaran darah kotor yang berisi gumpalan atau sisa-sisa jaringan.
  • Jangan angkat barang yang berat-berat sampai 2-3 minggu pasca kuret.

Perasaan saya setelah selesai kuret masih sedih tapi tidak berlebihan seperti saat hamil. Sepertinya sedih saat hamil jadi lebih lebay karena faktor hormon-hormon kehamilan. Tapi ada sedikit perasaan lega dan juga bersyukur. Saya bersyukur bahwa saya masih diberi kesehatan dan juga umur untuk memulai hidup yang baru ini. Masih ada harapan untuk hari esok yang lebih baik.

Nanti saya ceritakan lagi hasil kontrol ke dokter pasca kuret ya. Semoga tulisan ini bisa membantu memberikan gambaran tentang proses kuret.

Iklan

4 pemikiran pada “Kuret / Kuretase Hamil

  1. Aku juga ada polip rahim, ada 4 malah, akhir bulan ini sih dijadwalin buat histereskopi. Mbak pas polipnya dikuret brp lama bs hamil alami? Tp katanya polip bisa balik lagi ya, aku ga ngerti knp bs kena polip rahim ya, pdhl kyny aku cukup jaga makanan.

    Suka

    • Saya kemarin kuret polip sebelum program IVF ke-2, tapi polip rahim bukan masalah satu-satunya sehingga susah hamil. Saya ada AMH rendah juga sehingga kualitas dan kuantitas sel telur lebih rendah dari wanita normal seumur saya. Jarak dari kuret polip rahim ke hamil alami kemarin sekitar 8 bulan sih Mba..
      Untuk penyebab kurang tahu juga kenapa, tapi habis kuret polip kemarin, (menurut dokter) sudah bersih dan belum ada tanda muncul lagi.

      Suka

  2. Halo ce, gmn kondisi ce skrg? Moga cepat pulih.
    Sy ingat kehamilan pertama sy yg berakhir dgn keguguran seperti yg pernah sy ceritakan di email. Stay strong ce, ini sudah pertanda baik bahwa ce ternyata bs hamil alami. Cepat pulih ce, God bless!

    Suka

    • Halo Des.. Saat ini kondisi saya sudah lebih baik dan kuat. Sudah bisa aktivitas normal. Hehehe. Iya, ga nyangka bahwa bisa hamil secara alami.. Mungkin ini adalah jalan-Nya. Thanks ya!

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s