Hello.. I’m back!
Seperti tulisan saya sebelumnya, kali ini kita akan bahas tentang test kekentalan darah dan TORCH sebagai prasyarat menuju proses IVF ke-3. Untuk test TORCH sebetulnya saya sudah pernah melakukannya sekitar 3 tahun yang lalu tapi karena sudah terlalu lama, hasilnya tentu tidak valid lagi. Sementara itu, untuk test kekentalan darah, saya sama sekali belum pernah melakukannya. Kedua test ini adalah inisiatif saya sendiri karena menurut dokter di Family Fertility Center (FFC) – RSIA Family Pluit, saya belum perlu melakukan test tersebut karena belum pernah ada riwayat keguguran. Jangankan keguguran, hamil saja belum pernah. Hahaha.
Sejujurnya, sejak pak suami di-diagnosis menderita Herpes Oral (bisa dibaca cerita lengkapnya pada tulisan saya sebelumnya), saya jadi agak khawatir kalau saya ikut tertular virus Herpes ini. Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian, tapi bisa beresiko pada kehamilan. Tentunya hal ini sangat tidak saya inginkan karena proses menuju kehamilan saja sudah penuh perjuangan, setidaknya saya ingin kalau kelak saya hamil semua dalam kondisi sehat.
Kekentalan Darah
Darah dalam tubuh kita punya fungsi penting untuk mengalirkan nutrisi dan juga oksigen ke semua organ tubuh. Darah kental terjadi karena kurangnya cairan dalam darah sehingga sel-sel darah jadi menempel satu sama lain. Selain itu darah kental bisa juga terjadi karena tingginya kadar ACA (Anti Cardiolipin Antibody). ACA berperan dalam hal pembekuan darah. Tapi kadar ACA yang melebihi normal bisa menyebabkan pembekuan pada pembuluh darah. Efeknya tidak main-main, yaitu gagal jantung, stroke dan membahayakan kehamilan (resiko keguguran) karena asupan nutrisi dan oksigen via plasenta ke janin jadi terhambat. Oleh karena itu, melakukan deteksi dini terhadap kekentalan darah ini tidak ada salahnya. Tidak hanya untuk urusan hamil tapi juga buat kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Penyakit kekentalan darah memiliki beberapa gejala seperti: Sulit berkonsentrasi, mudah pusing, lelah, mengantuk dan kesemutan. Mirip gejala anemia. Tapi kepastian tentang penyakit ini hanya bisa diketahui lewat test darah. Untuk keperluan test darah, pasien harus puasa tidak makan sama sekali selama 12 jam.
Apabila hasil test darah menyatakan penyakit kekentalan darah atau kadar ACA yang tinggi, pada ibu hamil wajib mengkonsumsi obat pengencer darah (oral atau suntik) selama periode tertentu dari kehamilannya. Selain itu, disarankan untuk banyak mengkonsumsi air putih minimum 2 liter per hari, cukup istirahat dan makan makanan yang sehat.
Sumber: https://id.theasianparent.com/waspadai-kekentalan-darah-pada-kehamilan
TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma, Other infection (Chlamydia, HIV, Hepatitis B, dan lain-lain), Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex. Kelima jenis penyakit infeksi ini sama-sama bisa menyerang ibu hamil dan memberi dampak buruk pada janin.
Toxoplasma
Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang bernama Toxoplasma Gondii. Toxoplasma bisa menyebabkan gangguan seperti kondisi cacat lahir yang berhubungan dengan fungsi otak atau cerebral palsy, gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan. Toksoplasma juga dapat mengancam keselamatan janin dan membuat ibu hamil keguguran. Ibu hamil bisa terkena infeksi ini bila mengonsumsi daging yang terkontaminasi atau yang tidak dimasak dengan matang, buah atau sayur yang tidak dicuci bersih, serta menyentuh tanah yang sudah bercampur dengan feses kucing yang mengandung parasit. Gejala infeksinya tidak terlalu jelas bahkan kadang tidak menimbulkan gejala apa-apa. Oleh karena itu diperlukan test darah untuk diagnosis yang tepat.
Other Infection (HIV)
HIV adalah jenis virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini bisa menular melalui hubungan intim atau penggunaan jarum suntik. Bila ibu hamil mengidap HIV, maka ada kemungkinan ibu menularkan virus tersebut kepada bayi melalui plasenta saat proses persalinan atau melalui ASI. Gejala infeksi awal juga tidak begitu jelas, mirip dengan sakit flu biasa. Penyakit ini hanya bisa dipastikan lewat test darah. Biasanya dokter akan menganjurkan ibu untuk melahirkan secara Caesar untuk mencegah bayi tertular virus melalui plasenta.
Rubella
Penyakit Rubella iasa disebut juga penyakit Campak Jerman yang disebabkan oleh virus Rubella. Pada ibu hamil, virus ini dapat memberi dampak buruk pada janin yaitu mengganggu perkembangan janin bahkan membahayakan nyawa janin. Gejala rubella pada ibu hamil antara lain demam, ruam pada kulit, batuk, nyeri sendi dan sakit kepala.
Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo yang termasuk dalam golongan virus herpes. Gejala yang ditimbulkan infeksi CMV antara lain demam yang turun naik selama tiga minggu atau lebih. Penyakit ini juga dapat menyebabkan keguguran, kebutaan, radang hati, radang paru-paru, bahkan kerusakan otak pada janin.
Herpes Simpleks Tipe II
Infeksi herpes yang menyebabkan lesi pada area genital dan sekitarnya seperti bokong, anus, dan paha disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe II (HSV II). Ibu hamil yang mengalami infeksi ini berisiko menularkannya ke janin saat di dalam kandungan maupun saat persalinan. Gejala herpes yang dapat timbul di antaranya demam, nyeri otot, mual, lelah, dan muncul luka atau lentingan yang terasa nyeri pada mukosa mulut vagina. Luka ini dapat menyebabkan ibu hamil merasa nyeri saat buang air kecil.
Sumber: https://www.halodoc.com/ini-gejala-torch-yang-wajib-bumil-ketahui
Dengan melihat besarnya faktor bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit TORCH ini, amat penting bagi wanita yang merencanakan kehamilan untuk memeriksakan diri terlebih dahulu. Apabila terjadi infeksi baru / aktif (panel pemeriksaan IgM), lebih baik diobati terlebih dahulu baru mulai hamil karena beresiko untuk janin. Untuk infeksi lama / kejadian lebih dari 4 bulan (panel pemeriksaan IgG), biasanya tubuh kita akan membentuk antibodi sendiri sehingga resiko terinfeksi kembali di kemudian hari akan lebih kecil.
Setelah mendapat surat rujukan test darah laboratorium dari dokter Malvin Emeraldi di FFC – RSIA Family, saya mulai survey harga ke beberapa rumah sakit area Tangerang dengan harapan mendapat harga yang paling murah. Hahaha. Hasil dari survey harga pemeriksaan kekentalan darah dan TORCH d beberapa rumah sakit dan klinik area Tangerang dan Jakarta yang saya lakukan bisa dilihat pada gambar berikut. Informasi harga saya dapatkan dengan cara menelpon ke bagian lab rumah sakit, kecuali untuk RS Bethsaida Serpong saya sempat datang sendiri ke bagian lab dan orang lab menuliskan detail harganya untuk saya.

Dari data tersebut, harga termurah untuk pemeriksaan kekentalan darah dan TORCH adalah di RSIA Family Pluit. Bisa beda setengah harga dari harga yang ditawarkan beberapa rumah sakit di Tangerang. Tentu saja saya lebih memilih jauh-jauh berangkat ke Jakarta demi mendapatkan harga terbaik. Oh ya, selain butuh berpuasa 12 jam, untuk pemeriksaan Agregasi Trombosit juga harus dilaksanakan pagi-pagi (jam 7 – 8 pagi). Saya menambahkan panel pemeriksaan HSV 1 IgG dan IgM juga sebagai bentuk antisipasi terhadap penyakit herpes oral pak suami. Harga pemeriksaan HSV 1 IgG adalah Rp. 200.000 dan HSV 1 IgM adalah Rp. 220.000 sehingga total biaya yang saya bayarkan untuk test lab adalah Rp. 4.895.000.
Hasil pemeriksaan lab baru akan didapat setelah 5 hari dan langsung dikirim ke dokter. Tes darah saya menyatakan bahwa saya tidak mengalami kekentalan darah dan tidak ada infeksi TORCH yang aktif. Saya juga tidak tertular virus Herpes-nya pak suami. Hanya saja ada parameter Rubella IgG dan CMV IgG yang nilainya melebihi batas normal. Menurut dokter, ada peningkatan infeksi virus yang lampau. Oleh karena itu saya dikasih 2 jenis obat untuk terapi: Acyclovir 3 x 1 hari (selama 10 hari) dan Isoprinosine seminggu 2x dengan dosis 4 x 1 hari (selama 3 minggu). Khusus untuk Isoprinosine memang agak ribet aturan minumnya karena tidak diminum reguler tiap hari. Saya hanya minum setiap hari Senin dan Selasa dengan dosis 4 x 1 hari sampai 3 minggu.