Dikarenakan pak suami lagi ada kunjungan ke site dan saya jadi lebih santai di rumah, saya niatkan untuk menulis blog saja. Topik hari ini yang akan saya bahas masih seputar dunia IVF. Mudah-mudahan para pembaca tidak bosan ya!
Seperti yang teman-teman ketahui, saya dan suami memiliki problem infertilitas. Saya memiliki masalah low AMH sehingga kuantitas dan kualitas sel telur saya dibawah standar rata-rata orang seusia saya. Suami juga ada masalah di kualitas spermanya. Dengan kondisi tersebut, kecil sekali kemungkinan saya untuk bisa hamil secara alami. Terbukti dengan beberapa tahun menunggu dan berusaha sendiri, saya tidak kunjung hamil juga. Oleh karena itu, saya dan suami berusaha mencari bantuan profesional. Semua dokter yang telah kami temui mengatakan bahwa best chance saya untuk hamil hanya melalui IVF (Bayi Tabung). Saya dan suami pun sudah mencoba 2 kali IVF Fresh Cycle di akhir tahun 2016 dan awal 2019 yang berujung dengan kegagalan. Cerita detail tentang proses IVF yang saya jalani bisa dibaca di blog ini juga di tulisan terpisah. Sedih? Pasti! Tapi, setelah saya lebih memahami tentang IVF Success Rate ini, saya jadi merasa bahwa kegagalan dalam IVF adalah hal yang normal. IVF bukanlah obat dewa untuk segala permasalahan infertilitas.
IVF Success Rate sangat tergantung dari umur wanita, BMI (Body Mass Index) wanita, jenis masalah infertilitas yang dihadapi, berapa kali percobaan IVF yang telah dijalani, dll. Jadi tidak bisa digeneralisir juga antara tiap wanita. Selain masalah teknis, masalah takdir Tuhan juga berperan. Hahaha. Saat ini, kita bisa memprediksi persentase keberhasilan IVF yang kita jalani dengan beberapa IVF Online Calculator.
IVF Predict Online Calculator
(http://www.ivfpredict.com/index-1.html)
Untuk contoh kasus saya:
Dari hasil perhitungan tersebut, persentase keberhasilan IVF saya per kali percobaan hanya 20,6 %. Artinya dari 5 percobaan IVF hanya 1 yang akan berhasil. Saya sudah 2 kali gagal IVF jadi percobaan IVF berikutnya chance-nya pasti lebih besar. Idealnya saya harus mencoba sampai 5 kali IVF demi menyongsong peluang keberhasilan, tapi akankah saya mengikuti mentah-mentah anjuran tersebut? Tentu tidak! Kembali lagi ke masalah finansial. Satu siklus IVF fresh cycle (Standard Protocol) menghabiskan biaya sekitar 80 – 100 juta. Kalau saya memaksakan diri ikut 5 kali IVF, bisa-bisa saya jadi terlilit hutang dan hidup miskin. Buat apa saya punya anak kalau hanya akan membawa dia dalam hidup yang penuh kesusahan? Oleh karena itu, saya stick to 3 IVF attempts saja, sesuai dengan kemampuan finansial. Kalau gagal lagi? Ya sudah terima nasib. Mungkin rejeki saya dan suami bukan di anak. Saya sudah berusaha sebisa saya dan Tuhan tahu itu. Saya bukan menyerah tapi menyerahkan semuanya kepada kuasa Tuhan. Tidak punya anak bukanlah akhir dunia. Matahari tetap terbit dari Timur setiap harinya dan dunia tetaplah indah.
SART Patient Predictor
(https://www.sartcorsonline.com/Predictor/Patient)
Untuk contoh kasus saya:
Seperti penjelasan diatas, apabila kita mengulang proses IVF maka kemungkinan keberhasilannya akan lebih tinggi. Dari data perhitungan ini, saya diprediksi akan mengalami peningkatan IVF success rate menjadi 43% setelah melewati 2 kali IVF fresh cycle. Hal ini cukup membuat saya lebih optimis walaupun saya tetap harus mengatur ekspektasi saya supaya tidak berlebihan. Harap diingat bahwa masih ada kemungkinan 57% kegagalan. Jadi lebih baik serahkan semua pada Yang Diatas.
Saya pernah baca di beberapa forum IVF luar negeri. Banyak dari mereka yang berkata: “Stick to 3 IVF attempts, if you got pregnant in first IVF attempt then it’s a bonus“. Jadi bagi yang sudah gagal beberapa kali dengan program IVF-nya seperti saya, jangan berkecil hati. Kalau ada rejeki dan mentalnya sudah siap kembali, silakan mengulang IVF-nya. Tapi, kalau sudah gagal ke-3 kalinya, kita pun harus bijaksana, evaluasi kembali program IVF yang kita jalani, apakah ada hal yang bisa diperbaiki dari program sebelumnya atau tidak. Kalau tidak ada yang diubah dari program sebelumnya berarti kita hanya jalan di tempat saja dan beresiko gagal lagi.
Success Rate IVF Clinics
Tidak dipungkiri, pemilihan klinik atau rumah sakit tempat kita menjalani program IVF juga berpengaruh terhadap keberhasilan program. Selain keahlian dokter, dibutuhkan juga laboratorium dan peralatan medis yang canggih. Beberapa rumah sakit atau klinik IVF ada yang menyediakan data success rate IVF mereka. Salah satunya adalah Family Fertility Center (FFC) – RSIA Family Pluit yang merupakan tempat saya menjalani IVF ke-2 (dan akan lanjut ke IVF ke-3).
Dari website RSIA Family (http://www.bayitabung-rsiafamily.com/do_news.php?id=3), diperoleh data IVF Success Rate tahun 2014 (belum ada data yang update) untuk wanita berumur 35-36 tahun tahun adalah 27 – 38%. Angka tersebut terbilang cukup tinggi walaupun mungkin kurang akurat karena tidak di-breakdown per jenis masalah infertilitasnya.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa menginspirasi sesama pejuang IVF lainnya. Pesan saya adalah “Do not ever think that you’re a damaged item. You are normal as a human being, it’s just that our life path is different from the others“. Special thanks to my friend yang mungkin tidak mau disebutkan namanya disini, yang rela meluangkan waktunya yang sangat padat dengan urusan kantor, untuk sekedar menyemangati saya untuk bangkit kembali dan menjauhi pikiran bahwa saya adalah sebuah barang yang rusak.