Beberapa minggu yang lalu, saya secara tidak sengaja menemukan aplikasi IKO (Indonesian Kalkulator Of Oocytes) di Play Store. Saya sudah lupa tepatnya kata kunci yang saya masukkan di kolom pencarian sampai menemukan aplikasi ini. Pada awalnya saya agak under estimate dengan aplikasi IKO karena tampilan aplikasi ini kurang menarik. Akan tetapi, begitu saya melihat nama-nama tim dokter kandungan yang terlibat dalam pembuatan aplikasi ini, saya langsung kagum. Salah satu nama besar di balik aplikasi ini adalah dr. Budi Wiwieko, SPOG (K). Jadi tentunya aplikasi ini didasarkan dari riset dan teknologi ilmu kedokteran dan bukan aplikasi asal-asalan.

Saya menemukan bahwa aplikasi ini akan sangat bermanfaat bagi pasien infertilitas yang bermasalah dengan hormon AMH (Anti Mullerian Hormone). Pada aplikasi ini dijelaskan mengenai AMH, apa arti angka hasil lab test AMH, dan prediksi jumlah sel telur yang matang dari nilai AMH. Sebagai gambaran penggunaan aplikasi ini, saya akan menggunakan data umur dan nilai AMH saya. Untuk menunjang keakuratan hasil, diharapkan data yang dimasukkan adalah data yang masih valid (dibawah 6 bulan).
Umur Biologis Reproduksi

Saat melakukan test lab AMH terakhir, umur saya adalah 35 tahun dengan hasil AMH 0.57 ng/mL. Berdasarkan aplikasi IKO, untuk wanita berusia 35 tahun, standar normal nilai AMH adalah 1,4 ng/mL. Jadi memang diagnosa saya benar sebagai pasien low AMH.

Dengan acuan nilai AMH yang ada, bisa diprediksi umur biologis reproduksi seorang wanita. Hal ini terkait dengan jumlah cadangan sel telur yang masih ada. Untuk nilai AMH saya, dinyatakan bahwa usia biologis reproduksi saya adalah sama dengan wanita berumur 42 tahun! Sungguh saya terkejut. Dari hasil ini, saya jadi semakin tahu kenapa program hamil (termasuk IVF) yang saya lakukan selalu gagal. Seperti kita ketahui umur seorang wanita itu sangat menentukan keberhasilan program hamil yang dijalaninya. Dan ternyata umur yang dimaksud bukanlah umur yang tertera di akte lahir, akan tetapi adalah umur biologis reproduksinya. Untuk wanita dengan usia biologis 42 tahun, persentase keberhasilan IVF-nya hanya dibawah 20%. Angka itu akan bertambah dengan pengulangan beberapa kali siklus IVF. Beberapa dokter bisa jadi tidak menginformasikan hal seperti ini untuk membesarkan hati pasiennya. Tapi, ada baiknya sebagai pasien low AMH kita bisa mempersiapkan diri menghadapi kenyataan ini.
Prediksi Jumlah Sel Telur yang Matang
Salah satu hal yang membuat saya takjub dengan aplikasi IKO ini adalah betapa prediksinya tentang jumlah sel telur yang matang berdasarkan nilai AMH adalah akurat! Kejadiannya sama persis dengan apa yang saya alami saat IVF terakhir (IVF ke-2) di FFC – RSIA Family Pluit. Saat itu dari hasil USG Transvaginal, diketahui bahwa AFC (Antral Follicles Count) saya alias folikel yang tampak saat USG Transvaginal pada hari ke-2 haid ada 5 buah. Oleh sebab itu dokter memutuskan bahwa saya bisa mengikuti IVF Standard Protocol.
Dari hasil stimulasi suntikan hormon dan Ovum Pick Up (OPU), secara total sel telur yang bisa diambil (diameter 1,8 – 2,2 cm) ada 9 buah, tapi yang matang (ada inti sel-nya) hanya ada 6. Benar-benar sesuai dengan apa yang diprediksi oleh aplikasi IKO. Untuk bisa menghitung jumlah sel telur yang matang di aplikasi IKO, kita harus menggunakan IVF Standard Protocol (dosis stimulasi maksimum). Apabila protokol-nya diluar itu, misal IVF Mini Stimulation, kalkulator ini tidak akan akurat.
So far, saya merasa aplikasi ini cukup informatif dan berguna terkait interpretasi nilai hormon AMH. Apakah ada diantara teman-teman disini yang sudah download aplikasi ini? Silakan share di kolom komentar ya.