Road To IVF # 2 : Kuretase

Sebagai tindak lanjut atas temuan pada pemeriksaan hysteroscopy sebelumnya, dokter menyarankan saya untuk melakukan kuretase / kuret terhadap Polip Endometrium dan ketebalan abnormal dinding rahim (Hyperplasia Endometrium) saya sebelum melakukan rangkaian proses IVF / Bayi Tabung. Pada awalnya tindakan kuret dijadwalkan tanggal 4 Januari 2019. Akan tetapi, dua hari sebelumnya saya dikabari pihak FFC (Family Fertility Center) RSIA Family Pluit bahwa tindakan kuretnya diundur menjadi tanggal 5 Januari 2019 dikarenakan dokter Malvin-nya berhalangan.

Saat mengetahui bahwa saya akan melalui tindakan kuretase, saya langsung menelpon provider asuransi saya (Prudential) untuk menanyakan apakan tindakan kuretase ini bisa di-cover atau tidak. Menurut pihak asuransi, tindakan kuretase akan ditanggung apabila tidak berhubungan dengan kehamilan atau program hamil. Selain itu, supaya di-cover asuransi, saya harus rawat inap di rumah sakit minimal 2 x 24 jam. Persyaratan dari pihak asuransi ini saya diskusikan dengan dokter Malvin dan suster di FFC. Surprisingly, mereka sangat helpful sekali. Tanpa saya request pun, mereka sudah paham bahwa nanti di resume medis dan surat keterangan dokter tidak akan dihubungkan dengan program hamil, tetapi lebih ke arah masalah kesehatan organ reproduksi saja.

Pada dasarnya, tindakan kuretase tergolong tindakan kecil dan bisa dilakukan perawatan one day care saja. Tetapi demi memenuhi persyaratan dari asuransi, saya mengajukan rawat inap. Kebetulan karena FFC dibawah naungan RSIA Family dan terletak di gedung yang sama, proses administrasi rumah sakitnya jadi lebih gampang. Saya dibantu oleh suster FFC dengan berkordinasi dengan suster di kamar bersalin lantai 2. Saya disuruh langsung datang dan mengurus administrasi sehari sebelum tindakan kuretase.

Mengenai harga tindakan kuretase, tentunya ada perbedaan harga antara one day care dengan rawat inap. Harga tindakan kuretase untuk one day care di FFC adalah 3,5 Juta Rupiah. Sementara itu, untuk rawat inap, harga tindakan kuretase tersebut akan ditambah dengan harga kamar, obat, biaya kunjungan dokter dan administrasi rumah sakit.

Jumat, 4 Januari 2019

Saya datang ke RSIA Family Pluit setelah makan siang karena dari info yang saya dapat, proses check out dan check in kamar di RSIA Family Pluit adalah pk. 12.00 WIB. Pertama-tama, saya datang ke counter administrasi rawat inap dan menanyakan rate serta ketersediaan kamar yang ada. Tentunya disesuaikan dengan plafon rate kamar yang di-cover oleh asuransi supaya tidak menombok terlalu banyak. Dikarenakan jaringan asuransi Prudential (International SOS) bekerja sama dengan RSIA Family, saya hanya perlu menunjukkan kartu PruHospital & Surgical Cover dan tidak perlu membayar biaya jaminan.

Saya ditawari kamar kelas 1 (1 kamar diisi 2 pasien) seharga 400 ribu Rupiah per hari atau kamar kelas utama (1 kamar 1 pasien dan ada sofa bed untuk keluarga yang menginap) seharga 790 ribu Rupiah per hari. Pak suami menyarankan saya untuk mengambil kamar kelas utama saja walaupun harus menombok sedikit dari plafon asuransi saya, yaitu 40 ribu Rupiah per hari. Alasannya supaya pak suami bisa ikutan menginap di rumah sakit dan lebih fleksibel kalau mau menjenguk.

Dari counter administrasi rawat inap, saya disuruh ke lantai 2 untuk lapor ke suster di kamar bersalin. Rupanya suster di lantai 2 sudah diinfokan tentang kedatangan saya oleh suster FFC sehingga urusan administrasi selanjutnya berjalan dengan lancar. Tidak lama kemudian saya sudah bisa masuk ke kamar.

Saya tidak diinfus sama sekali saat di kamar, hanya dingatkan untuk puasa tidak makan dan minum (bahkan air putih sekalipun) mulai dari pk. 23:00 WIB. Pak suami baru mulai menemani saya di kamar setelah pulang kantor. Kebetulan kantor pak suami memang tidak jauh dari RSIA Family Pluit. Satu hal yang lucu selama di kamar perawatan adalah porsi makanan yang disediakan luar biasa banyak! Sesuai standar porsi ibu hamil dan menyusui. Hahaha.

Sekedar mengingatkan bagi ibu-ibu yang memilih kamar perawatan di RSIA Family, harap membawa tissue (facial tissue & toilet tissue), handuk dan pakaian ganti sendiri. Dari pengalaman saya disana, saya tidak disediakan tissue, handuk dan juga pakaian khusus pasien rumah sakit seperti halnya di rumah sakit lainnya (contoh RS Siloam atau RSIA Bunda). Tissue disediakan dalam bentuk paketan rumah sakit dengan harga tertentu. Selain itu, harap membawa termometer sendiri dari rumah karena kalau tidak membawa termometer, suster tidak akan melakukan pengukuran suhu tubuh kita.

Sabtu, 5 Januari 2019

Saya diantar suster dari kamar perawatan ke lantai 3 ruangan FFC pk. 07:15 WIB karena tindakan kuretase saya dijadwalkan pk. 07:30 WIB. Di FFC saya diarahkan masuk ke ruangan “Recovery Room” untuk dipasangi jarum infus. Saya dipakaikan jubah cokelat operasi dan disuruh masuk ruangan operasi. Di ruangan operasi sudah ada suster yang standby tapi dokter belum datang. Pertama-tama, kita akan disuruh duduk di kursi yang ada penyangga kaki untuk mengangkang, kemudian suster akan membersihkan vagina kita (bagian luar dan dalam). Setelah itu, kita akan dipasangi alat monitor detak jantung dan tekanan darah. Tidak lupa juga dipasang selang oksigen di hidung.

Jujur saya tidak terlalu deg-degan dengan tindakan ini karena bius total sehingga tidak akan terasa sakit apa-apa. Lagian sudah kali ke-3 saya mengalami bius total dalam proses IVF (BIC dan FFC). Setelah menunggu sekitar 5 menit, dokter anastesi dan dokter Malvin datang ke ruangan operasi. Dokter anastesi menanyakan tinggi badan, berat badan dan riwayat alergi saya. Kebetulan dari pengalaman sebelumnya, saya ada alergi terhadap obat Trijec dan Mefinal. Setelah disuntikan obat bius ke jalur infus, tidak sampai 10 hitungan saya sudah tidak sadarkan diri. Tahu-tahu, 20 menit kemudian saya dibangunkan oleh suster dan diberitahu bahwa tindakan sudah selesai. Saya dibantu untuk berjalan ke “Recovery Room” untuk memulihkan diri dari efek obat bius yang bikin saya masih kleyengan. Tapi, karena saya ada kamar perawatan sendiri di lantai 2, saya minta diantar pakai kursi roda ke kamar saya saja. Lebih nyaman rasanya. Setelah sampai di kamar perawatan, saya langsung disuguhi makanan. Saya makan dengan lahapnya karena kelaparan puasa makan dan minum semalaman. Hahaha.

Setelah makan siang, saya didatangi suster untuk pengarahan minum obat. Ada 2 obat yang harus saya minum: Interdoxin 100 mg kapsul 2 x 1 hari (antibiotik) dan Zaldiar Tablet 1 x 1 hari (anti nyeri). Untuk obat anti nyeri, saya hanya diresepkan untuk 2 hari. Efek setelah tindakan kuretase adalah muncul flek darah dan perut agak sedikit nyut-nyutan tapi tidak parah. Flek darah yang muncul tidaklah sebanyak saat haid hari pertama. Saya sudah membawa pembalut sendiri dari rumah sebagai persiapan untuk kuretase.

Oh iya, sampel jaringan rahim yang dikuret akan dikirim ke laboratorium PA (Patologi Anatomi) untuk diperiksa lebih lanjut, apakah benar hanya polip rahim atau ada temuan lain seperti sel tumor dll. Hasil pemeriksaan PA baru akan kita dapatkan setelah 7-10 hari kerja dan langsung dikirim ke dokter FFC.

Minggu, 6 Januari 2019

Flek darah masih muncul tapi perut sudah tidak terasa nyut-nyutan. Setelah kunjungan dokter Malvin, saya dapat clearance untuk pulang ke rumah. Hanya saja karena saya menggunakan asuransi, prosesnya jadi lebih lama. Saya baru bisa meninggalkan rumah sakit sekitar pk. 14.00 WIB. Walau demikian saya tidak dikenakan charge tambahan lagi karena melewati batas waktu check out pk. 12.00 WIB. Saat pulang saya dibekali obat Interdoxin 100 mg kapsul untuk seminggu dan harus dihabiskan.

Pasca kuretase dan pulang ke rumah, saya menghindari mengangkat barang yang berat-berat dulu. Lebih banyak istirahat saja. Flek darah hilang setelah 2 hari. Setelah itu baru saya mulai olahraga ringan yang minim loncat-loncat. Setelah seminggu saya merasa sudah pulih sepenuhnya dan kembali olahraga seperti biasa.

EXPENSES:

  • Kamar kelas utama : 2 malam x Rp. 790.000 = Rp. 1.580.000
  • Administrasi rumah sakit : Rp. 475.175
  • Kunjungan dokter obgyn : Rp. 275.000
  • Pemakaian peralatan : Rp. 150.000
  • Tindakan kuretase : Rp. 3.500.000
  • Penggunaan ruang tindakan : Rp. 640.000
  • Obat-obatan : Rp. 190.673

TOTAL = Rp. 6.810.848

Dari total harga itu, saya hanya nombok harga kamar Rp. 80.000 saja dan sisanya di-cover oleh asuransi Prudential.

Hasil laboratorium PA menyatakan bahwa sample jaringan rahim saya yang diteliti adalah polip fungsional endometrium. Menurut dokter, hal ini bisa terjadi karena hormonal dan faktor infeksi. Setelah kuretase, rahim saya dinyatakan sudah bersih tapi ada kemungkinan polip ini bisa datang lagi karena faktor hormonal. Untuk itulah saya disarankan untuk cepat lanjut ke proses IVF. Saya disuruh datang kontrol lagi ke FFC setelah haid hari ke-2.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s