Pada awalnya inseminasi ke-3 direncanakan di bulan Juli 2018. Akan tetapi karena pak suami ada isu akan berangkat ke site tambang dalam waktu yang cukup lama di bulan tersebut maka diputuskan inseminasi akan dilakukan di bulan Juni 2018. Jujur saja, saya melakukan inseminasi kali ini tanpa banyak persiapan apa-apa. Bulan Juni 2018 ini saya sibuk dengan urusan order kue lebaran Liz Kitchen. Untung saja dokter dan tempat prakteknya tidak terlalu jauh dari rumah jadi masih bisa disempat-sempatkan untuk berkunjung.
Kalau di inseminasi ke-2 saya masih meniatkan diri untuk olah raga dan makan yang sehat maka inseminasi ke-3 ini tidak sama sekali. Saya sangat sibuk menyiapkan pesanan Liz Kitchen. Dari awal terima order, baking, packing dan antar pesanan kue semua saya lakukan sendiri. Bahkan sepertinya saya tidak punya waktu untuk memikirkan nasib inseminasi kali ini. Jujur saja saat itu saya agak pesimis dengan hasilnya dan takut gagal lagi seperti nasib inseminasi ke-2 (bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya).
Tak disangka-sangka, inseminasi ke-3 ini bisa dilakukan sampai tahap akhir dan tidak gagal di tengah jalan seperti inseminasi ke-2. Kalau untuk hasil akhir positif atau tidak ya itu lain lagi halnya. Semua tergantung Yang Diatas. Paling tidak saya happy karena proses inseminasinya lancar.
30 Mei 2018
Saya datang konsultasi ke dokter Handojo di klinik Sehati saat haid hari ke-2. Antrian pasien cukup ramai. Saya baru dapat giliran setelah 2 jam menunggu. Dari hasil USG transvaginal terlihat ada 2 folikel di ovarium kanan dan 2 folikel plus kista 1,8 cm di ovarium kiri (kista fungsional yang memang sudah ada dari pemeriksaan sebelumnya). POD no free fluid. Tebal rahim 8 mm dan not triliminar. Program langsung dimulai dari hari haid ke-2 ini:
- Fertin 50 mg 1 x 2 (malam hari), diminum dari hari haid ke-2 sampai ke-6.
- Gonal F Injection Pen 1 x 75 IU (malam hari), suntik dari hari haid ke-7 sampai ke-10.
- Asam Folat 1 x 1 (saya pakai Folavit 400 mcg), diminum siang hari sehabis makan.
- Prednison 5 mg 1 x 1 (pagi hari), diresepkan 10 tablet
- DHEA 25 mg 1 x 1 (malam hari), diresepkan 10 tablet
Prednison dan DHEA adalah obat-obatan kategori steroid dan harus menggunakan resep dokter mengingat faktor resiko-nya. Menurut dokter Handojo kedua obat tersebut bagus untuk orang dengan AMH rendah seperti saya. Berfungsi untuk mengatasi auto immune juga terhadap obat-obatan hormon yang lain sehingga lebih receptive. Dikarenakan Prednison dan DHEA tidak dijual di Klinik Sehati maka kami harus mencarinya di luar.
Dokter menjadwalkan konsultasi kembali di tanggal 8 Juni 2018 untuk melihat respon tubuh saya terhadap pengobatan.
Expenses:
- Konsultasi dokter di Klinik Sehati dan USG transvaginal = Rp. 450.000
- Fertin 50 mg, 10 tablet, di Klinik Sehati = Rp. 200.000
- Prednison 5 mg, 10 tablet, di Farmasi RS Omni Alam Sutera = Rp. 1.872
- DHEA 25 mg, 30 tablet, merk Nutrimax, di Guardian = Rp. 125.000 (Harga diskon)
- Gonal F Injection Pen 300 IU, di RS Omni Alam Sutera = Rp. 2.510.392
TOTAL = Rp. 3.287.264
8 Juni 2018
Dokter Handojo hari ini praktek pagi di RS. Omni Alam Sutera. Saya sampai disana sekitar pk. 10.00. Antrian pasien tidak begitu banyak. Dari hasil USG transvaginal, tebal rahim 13 mm dan trilaminar. Sel telur berkembang baik. Di ovarium kanan ada 1 folikel ukuran 1,4 cm dan kista ukuran 1,8 cm. Di ovarium kiri ada 1 folikel ukuran 1,9 cm dan 1 folikel ukuran 1,6 cm. POD no free fluid. Menurut dokter, folikel yang berukuran 1,9 cm dan 1,7 cm tersebut sudah siap untuk inseminasi. Beberapa pasien beliau yang memiliki folikel 1,5 cm juga terbukti bisa hamil katanya. Saat itu saya langsung disuntik pemecah telur, Ovidrel 250 mg, sekitar pk. 11.00 siang. Dokter Handojo sendiri yang langsung menyuntik saya. Seperti biasa suntikannya subcutaneous, yaitu dibawah kulit perut bawah. Entah kenapa saya selalu merasa kesakitan kalau dokter Handojo yang menyuntik. Sepertinya karena saat inject cairannya terlalu cepat jadi berasa perih sekali.
Dokter Handojo menyarankan saya untuk melakukan inseminasi di RS Omni Alam Sutera dibandingkan di Klinik Sehati. Menurut beliau metode washing sperma di RS Omni Alam Sutera (metode density gradient) lebih bagus untuk sperma yang kualitas low – medium seperti halnya suami saya. Memang harga inseminasi di RS Omni Alam Sutera sedikit lebih mahal daripada di klinik Sehati tapi kalau kualitasnya lebih bagus kenapa tidak? Untuk perbandingan, harga tindakan inseminasi dan washing sperma di RS Omni Alam Sutera adalah 2,8 Juta Rupiah, sedangkan di Klinik Sehati adalah 1,5 Juta Rupiah.
Dokter Handojo kemudian berkoordinasi dengan pihak Indo Fertility di lantai 3 RS Omni Alam Sutera untuk membuat janji inseminasi. Saya disuruh datang pk. 06.30 pagi untuk pengambilan sampel sperma suami dan kemudian di-washing terlebih dahulu sebelum dilakukan inseminasi pk. 09.00 pagi.
Expenses:
- Konsultasi dokter di RS Omni Alam Sutera dan USG transvaginal = Rp. 580.000
- Ovidrel Injeksi 250 mcg , di RS Omni Alam Sutera = Rp. 827.970
TOTAL = Rp. 1.407.970
9 Juni 2018
Untuk pertama kalinya saya dan pak suami menginjakkan kaki di ruangan Indo Fertility RS Omni Alam Sutera di lantai 3. Ruangannya bagus, comfy dan modern. Saat melihat poster team dokter yang ada di depan ruangan, saya dan suami agak terkejut karena ada dokter yang cukup terkenal yang biasanya praktek di Menteng. Team dokter yang ada di Indo Fertility adalah: Dr.dr. Sudirmanto, SpOG (K), dr. Adrian Setiawan, SpOG, dr. Indra N.c. Anwar, SpOG, dan Dr. dr. Taufik Jamaan, SpOG. Dokter Indra dan dokter Taufik adalah salah satu team dokter di Bunda Interational Clinic (BIC). Bahkan saya sendiri punya pengalaman inseminasi 1 kali dengan dokter Taufik saat dulu di BIC.
Saat tiba di ruangan Indo Fertility kami melapor ke meja resepsionis. Saat itu ada seorang suster yang standby. Setelah konfirmasi appointment, pak suami disuruh masuk ke ruangan khusus untuk mengeluarkan sampel sperma. Setelah itu sampel sperma diserahkan kepada petugas lab untuk proses washing. Dikarenakan proses washing memakan waktu sekitar 1,5 jam maka saya dan suami pergi sarapan dulu di Pasar Delapan (Pasar modern Alam Sutera) yang berada tidak jauh dari RS Omni Alam Sutera.
Tepat pk. 08:30 kami tiba kembali di ruangan Indo Fertility. Kami hanya menunggu sebentar sebelum saya dipanggil masuk ke ruangan inseminasi. Saya disuruh mengatur posisi berbaring di kursi tindakan. Dokter Handojo pun sudah tiba dan menjelaskan hasil analisa sperma kepada suami saya. Dari hasil test lab, sperma pak suami banyak yang bentuknya cacat atau biasa disebut Teratospermia. Bagi saya hasil test ini jauh lebih baik daripada sebelum-sebelumnya dimana pak suami didiagnosis dengan OligoAsthenoTeratospermia alias spermanya kurang jumlah, kurang gerak dan banyak cacat. Sebelum proses inseminasi ke-3 ini saya memang membelikan multivitamin yang katanya bisa meningkatkan kualitas sperma. Multivitamin yang saya beli saat itu adalah Blackmores Conceive Well Men. Tapi menurut dokter Handojo setelah melihat kandungan multivitamin tersebut, ada kandungan yang kurang yaitu Lipoic Acid (ALA) yang berguna untuk memperbaiki DNA sperma. Oleh karena itu pak suami diresepkan obat bernama Lipesco dengan dosis 1 x 1/2 tablet.
Tindakan inseminasi hari ini tidak selancar yang saya kira. Jalan rahim saya menurut dokter susah ditembus dengan kateter karena bentuknya tidak bulat normal dan agak miring ke kanan. Selain itu ditemukan pula polip di mulut rahim, walaupun menurut dokter keberadaan polip itu semestinya tidak akan mengganggu injeksi sperma. Rasanya baru kali ini saya mendapatkan penjelasan langsung mengenai proses yang terjadi. Dulu sewaktu inseminasi di BIC dengan dokter Taufik, dokter tidak mengatakan apa-apa dan proses inseminasi berjalan dengan cepat dan tanpa rasa sakit. Curiganya waktu itu mungkin karena terlihat jalan rahim saya susah maka dokter hanya melakukan injeksi sperma di mulut rahim saja. Kenapa saya bilang begitu? Karena proses inseminasi kali ini sakit nyeri sekali dan sampai berdarah-darah karena dokter Handojo mencoba untuk memasukkan (secara paksa) kateter sampai titik terdalam rahim saya yang paling dekat dengan tuba fallopi. Sebenarnya kalau posisi jalan rahimnya baik dan benar proses inseminasi ini akan jauh lebih mudah dan cepat, tidak seperti saya. Konon kasus jalan rahim yang bermasalah seperti saya ini memang agak langka.
Dari penjelasan itu saya jadi mendapatkan pencerahan kenapa saya selama ini susah sekali untuk hamil secara alami. Selain faktor sperma yang lemah ditambah lagi perjalanan sang sperma menuju sel telur harus melalui jalan yang curam dan susah dilewati. Oleh karena itu memang saya butuh bantuan secara medis.
Pengerjaan inseminasi yang membuat stress karena sakit ini berlangsung selama 30 menit. Selama masa menyakitkan tersebut saya sudah hampir menyerah dan mau pulang ke rumah saja, haha. Sakitnya itu seperti mules saat HSG. Dalam hati saya, mungkin seperti ini rasanya kontraksi orang mau melahirkan ya? Luar biasa perjuangannya. Selesai tindakan, dokter menuliskan resep untuk saya obat penguat kandungan yang harus dimasukkan lewat vagina mulai hari ke-3 setelah inseminasi, Cygest, dengan dosis 1 x 1. Dokter Handojo juga tidak mewajibkan untuk bed rest karena menurut beliau belum ada bukti yang kuat dalam dunia medis bahwa bed rest akan meningkatkan keberhasilan inseminasi. Tapi kalau mau bed rest sendiri di rumah, dokter juga tidak melarangnya.
Expenses:
- Tindakan inseminasi (termasuk washing sperma) di RS Omni Alam Sutera = Rp. 2.800.000
- Obat-obatan: Cygest 400 mg sebanyak 10 tablet dan Lipesco sebanyak 15 tablet di RS Omni Alam Sutera = Rp. 485.485
TOTAL = Rp. 3.285.485
GRAND TOTAL 3rd Insemination = Rp. 7.980.719
2 Weeks Waiting
Saya tidak mengkhususkan diri untuk bed rest total, hanya saja saya berinisiatif mengurangi aktivitas sendiri dengan tidak melakukan olahraga dan memasak dulu. Saya baru keluar rumah mulai di hari ke-3. Bukan untuk jalan-jalan tapi untuk beli makanan. Agak susah untuk order makanan via gojek mengingat saat ini sedang libur lebaran dan banyak orang pulang kampung. Karena kantor pak suami libur seminggu, pak suami pun selalu menemani saya di rumah.
Sesuai instruksi dokter, setelah 14 hari saya pun melakukan test pack di rumah. Hasilnya negatif. Keesokkan harinya pun saya keluar mens dan artinya inseminasi kali ini masih belum berhasil. Jujur, saya sudah tidak merasakan sedih yang menyayat hati karena sepertinya sudah mulai kebal dengan berbagai kegagalan dalam urusan reproduksi ini. Mungkin memang belum rejekinya. Pak suami juga datar-datar saja. Kami berdua sepakat untuk mencoba inseminasi lagi di bulan Agustus 2018.
Saya pun mengabari dokter Handojo tentang hasil inseminasi ini via chat WhatsApp. Menurut dokter, sperma pak suami harus diperbaiki dulu dengan meminum obat yang diresepkan dokter. Malah dokter Handojo menyuruh saya untuk tidak perlu khawatir dengan stok telur saya karena AMH rendah. Rasanya baru kali ini saya ketemu dokter kandungan yang tidak menyalahkan kondisi saya dan malahan pak suami yang lebih disorot.
Untuk teman-teman TTC (Trying To Conceive) yang senasib, tetap semangat ya. Setiap usaha yang kita lakukan pasti membuat langkah kita semakin dekat dengan harapan kita. Tidak ada usaha yang sia-sia karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Sebelum melanjutkan proses inseminasi berikutnya, saya dan pak suami ada plan untuk mencoba hypnotherapy di akhir Juli 2018. Nanti cerita lengkapnya akan saya update di blog setelah sesi pertama selesai ya.
Kak itu biayanya di blog kk sudah fix ga ada penambahan kan?
SukaSuka
Hai Lila,
Harga di blog saya tersebut adalah harga tahun 2018. Bisa jadi ada kenaikan harga untuk tahun 2020 ini. Selain itu, dosis obat tiap pasien belum tentu sama. Semakin banyak obat yang digunakan maka akan semakin mahal. Coba contact ke RS-nya langsung saja untuk tanya harga terbaru ya. Semoga membantu.
SukaSuka