2nd Insemination / IUI

Kalau sebagian dari teman-teman pembaca disini ada yang wondering tentang bagaimana nasib TTC (Trying To Conceive) saya saat ini, jawabannya adalah saya belum (pernah) hamil dan masih berjuang untuk mendapatkan keturunan. Permasalahan saya adalah AMH yang rendah sehingga jumlah telur sedikit dan respon stimulasi ovarium rendah. Pak suami juga kualitas dan kuantitas sperma-nya kurang bagus. Jadi bisa dibilang kami ini problemnya paket combo, hehe.

Setelah gagal IVF akhir 2016 kemarin, saya benar-benar vakum dari dunia TTC. Saya merasa malas untuk periksa ke dokter dan meminum suplemen apapun yang konon katanya bisa membantu kesuburan. Selama 2017 saya lebih berusaha untuk memaafkan diri saya dan menerima keadaan saya atas segala kegagalan TTC yang sudah dilakukan. Saya juga berusaha mengumpulkan keberanian (untuk menghadapi entah kegagalan / kesusksesan) di program berikutnya. Tahun 2017 saya hanya menikmati hidup saja tanpa dibebani urusan TTC.

Memasuki 2018, saya dan suami kembali membuat resolusi tentang masalah TTC. Kami akan berusaha kembali mengikuti program hamil untuk mendekati impian kami memiliki keturunan. Kami memilih mengikuti program hamil di Tangerang yang lokasinya tidak begitu jauh dari rumah (kalau dibanding dengan BIC / Bunda International Clinic). Paling tidak kami sudah mengeliminasi faktor stress karena macet di jalan. Jalanan di Tangerang walaupun macet tapi tidaklah separah macet di Jakarta. Saya ingat sekali perjuangan saya bolak balik Tangerang – BIC (Menteng, Jakarta) hampir setiap hari untuk suntik dan konsul dokter yang memakan waktu 1,5 jam sekali jalan dan bahkan lebih kalau macet. Sungguh melelahkan.

Program kali ini saya memilih IUI / inseminasi dengan pertimbangan jumlah telur saya yang sedikit dan respon stimulasi yang rendah membuat chance IVF (bayi tabung) saya tidak lebih bagus dari inseminasi. Selain itu inseminasi menawarkan harga yang lebih terjangkau dibanding IVF. Ini adalah kali kedua saya mengikuti inseminasi. Program inseminasi pertama berlangsung di BIC (Bunda International Clinic / Morula IVF) bulan Desember 2015 dengan dokter Taufik Jamaan dan hasilnya gagal. Silakan membaca post saya sebelumnya untuk cerita detailnya.

Pencarian obgyn / dokter kandungan dan rumah sakit di Tangerang yang menunjang program inseminasi pun dimulai. Dari sekian banyak hasil browsing di internet, pilihan jatuh ke dokter Handojo Tjandra yang praktek di Klinik Sehati (Gading Serpong, Tangerang) dan RS Omni (Alam Sutera, Tangerang). Pak dokter ini adalah lulusan kedokteran Malaysia dan menurut forum, ilmunya tidak kalah dengan dokter-dokter di Malaysia sana yang sering jadi tempat “pelarian” orang Indonesia yang berobat ke Malaysia. Wajar sih menurut saya karena beliau kan juga lulusan Malaysia. Bahkan saat pertemuan pertama saya dengan dokter Handojo dan saya cerita pernah ke LSC (Loh Guan Lye Specialist Center) Penang untuk konsul dengan dokter Devindran, beliau sepertinya cukup kenal dengan dokter Devindran.

Kesan pertama tentang dokter Handojo adalah baik dan sabar. Semua pertanyaan saya diladeni dengan sabar. Dokter Handojo juga bukan dokter yang suka bikin pasien panik, selalu menenangkan pasien. Beliau juga menurut saya tidak matre, tidak mewajibkan pasien terlalu banyak tes lab ini itu. Saya merasa klik dengan beliau saat pertemuan pertama kami. Begitu pun dengan pak suami.

Sebenarnya, selain dokter Handojo, ada satu nama dokter lagi yang banyak disebut oleh ibu-ibu di forum online, yaitu dokter Ong Tjandra yang juga praktek di Klinik Sehati (Gading Serpong, Tangerang) dan RS Bethsaida (Gading Serpong, Tangerang). Akan tetapi untuk konsultasi dengan dokter Ong ini antriannya sangat panjang, bahkan bisa 3 bulan sebelumnya. Kebanyakan review yang saya baca tentang dokter Ong ini adalah bagus dalam membaca hasil USG (atau malah USG 4 dimensi). Biasanya yang datang ke dokter Ong adalah ibu-ibu yang telah hamil, bukan untuk program hamil. Selain itu menurut saya kurang tepat sasaran kalau program hamil dengan dokter Ong karena sub spesialisasi dokter Ong ini adalah Onkologi Ginekologi alias ilmu yang mempelajari tentang kanker sistem reproduktif.

11 April 2018

Hari ini adalah hari ke-9 haid saya. Saat menelpon ke Klinik Sehati, petugas mengatakan untuk konsultasi ke dokter Handojo tidak perlu buat appointment, langsung datang saja dan nanti nomor antrinya sesuai kedatangan. Sebenarnya saya agak malas-malasan untuk konsul ke obgyn tapi pak suami memaksa. Mungkin dia sudah tidak betah melihat saya terlalu banyak bersantai dari urusan program hamil.

Saya datang ke klinik Sehati sekitar jam 7 malam dengan ditemani pak suami. Kondisi klinik saat itu lagi sepi. Setelah menyelesaikan registrasi pasien baru, saya hanya menunggu sekitar 20 menit sebelum dipanggil ke ruangan dokter. Saat datang saya memang sudah membawa semua medical record saya: hasil lab, HSG, buku pasien BIC, dll. Semua medical record itu akan dicatat oleh dokter untuk mengetahui secara garis besar permasalahan reproduksi kita.

Dari hasil USG transvaginal, saya memiliki kista fungsional dengan diameter 1,8 cm. Menurut dokter Handojo, kista ini tidak mengganggu dan tidak berbahaya. Untuk diangkat melalui operasi pun menurut dokter Handojo tidak worth it karena ukurannya terlalu kecil. Kista ini mirip dengan kista fungsional yang telah diambil (operasi sedot kista) sewaktu program hamil di BIC.

Menurut dokter, waktu terbaik untuk memulai program hamil adalah saat hari ke-2 haid. Oleh karena itu, untuk kasus saya yang datang di hari ke-9 haid, tidak bisa memulai program hamil saat itu dan harus menunggu siklus menstruasi bulan depan. Dokter pun meresepkan suplemen sebagai berikut untuk saya dan suami:
– Untuk saya: Asam folat 1 x 1
– Untuk suami: Ciprofloxacin 250 mg 2 x 1, Ubesco 100 mg 2 x 1, Lipesco 1/2 tab 1 x 1

Saya tidak mengambil resep dari dokter karena saya sudah memiliki suplemen asam folat sendiri: Blackmores Conceive Well Gold. Resep suami juga tidak saya ambil karena kandungan vitamin di Ubesco dan Lipesco juga sudah ada di suplemen yang dikonsumsi suami selama ini: Blackmores Conceive Well Men. Khusus untuk Ciprofloxacin yang merupakan antibiotik, saya agak ragu untuk memberikan ke suami. Saya sempat menanyakan alasan pemberian antibiotik tersebut kepada dokter Handojo, dan menurut beliau ada teori bahwa keabnormalan sperma biasanya disebabkan oleh infeksi. Tapi dari yang saya lihat, pak suami tidak menunjukkan adanya gejala infeksi. Selain itu dari beberapa artikel di internet menyebutkan penggunaan antibiotik akan membunuh sperma. Alhasil, saya mengurungkan niat untuk memberi antibiotik ke pak suami.

Expense:
– Biaya konsultasi dokter dan USG di Klinik Sehati = Rp. 470.000

2 Mei 2018

Kali ini saya ditemani suami datang ke Klinik Sehati tepat di hari ke-2 haid dengan niatan supaya program hamil bisa langsung dimulai. Berbeda dengan kedatangan saya bulan lalu, kali ini jumlah pasiennya banyak sekali. Saya datang jam 7 malam sudah urutan ke-24 dan dapat giliran sekitar jam 10-an. Dikarenakan tempat duduk di Klinik Sehati sudah penuh oleh pasien lain maka saya dan suami jalan-jalan dulu ke Sumarrecon Mall Serpong yang berada tidak jauh dari klinik. Mendekati jam 10 kami kembali lagi ke klinik dan benar saja sisa pasiennya tinggal sedikit lagi. Tidak lama kemudian kami pun dipanggil masuk ke ruangan dokter Handojo.

Walaupun hari ini jumlah pasiennya luar biasa banyak, dokter Handojo tetap sabar dan baik seperti biasa. Saat konsultasi pun tidak terkesan terburu-buru. Dari hasil USG transvaginal, kista telur saya di siklus bulan lalu masih ada, ukurannya pun tidak berubah. Keberadaan kista telur ini dijadikan special notes untuk dokter untuk meng-exclude kista ini sebagai folikel saat perhitungan jumlah folikel. Posisi rahim normal anteflexed dengan ketebalan 5,6 mm. There are Multiple Small Follicle (MSF) in right and left ovary. No free fluid in POD (Pouch Of Douglas) which is good. Minimum free fluid still normal when the ovulation happened but large amount of fluid can represent an abnormal medical condition such as an infection, liver disease (cirrhosis), heart failure, or a malignancy.

Dengan kasus AMH rendah dan kualitas sperma yang kurang bagus, dokter Handojo mengatakan bahwa opsi paling bagus untuk program hamil saya adalah bayi tabung / IVF. Akan tetapi, hati kecil saya kurang yakin dengan nasib IVF yang akan datang ini, jangan-jangan hanya dapat 1 sel telur juga seperti yang terjadi di BIC lalu. Jumlah sel telur yang sedikit ini benar-benar menurunkan chance keberhasilan IVF. Oleh karena itu saya memilih opsi inseminasi / IUI saja karena kalau inseminasi hanya dibutuhkan 1-2 telur saja untuk prosesnya yang mana saya cukup yakin saya bisa menghasilkannya.

Program inseminasi pun dimulai dengan pemberian obat penyubur, Fertin 50 mg (Clomiphene Citrate) dengan dosis 1 x 1, selama 5 hari yang diminum mulai dari hari ke-2 haid. Disarankan untuk minum Fertin di jam yang sama setiap harinya. Setelah itu akan dilakukan pengecekan USG untuk melihat respon terhadap obat yang diberikan. Obat Fertin ini bisa dibeli di Klinik Sehati dengan harga Rp. 20.000 / tablet. Untuk suplemen asam folat tetap dilanjutkan dengan dosis 1 x 1.

Expenses:
– Biaya konsultasi dokter dan USG di Klinik Sehati = Rp. 450.000
– Obat Fertin 50 mg 5 Tablet = Rp. 100.000
TOTAL = Rp. 550.000

7 Mei 2018

Tepat kemarin malam obat Fertin sudah habis diminum dan saatnya untuk kontrol kembali ke dokter. Karena malam ini dokter Handojo prakteknya di RS Omni Alam Sutera maka saya pun daftar kesana dengan ditemani oleh suami yang baru pulang kantor. Walaupun rumah sakit-nya terkesan mewah, lebih bagus dari Klinik Sehati, tapi alat USG-nya resolusinya lebih rendah dari Klinik Sehati. Terlihat dari tampilan layar USG-nya. Kata dokter Handojo memang alat USG yang ada di Klinik Sehati itu harganya lebih mahal daripada yang di RS Omni Alam Sutera. Tapi sebagai pasien program hamil sepertinya saya tidak bisa pilih-pilih karena hari kontrol ke dokter-nya sudah ditentukan jadi tinggal mengikuti jadwal dokternya sedang praktek dimana saja. Selain itu, biaya konsultasi dokter di RS Omni Alam Sutera dibandingkan dengan Klinik Sehati jauh lebih mahal. Tapi, di RS Omni Alam Sutera ini adalah pasien dokter Handojo tidak sebanyak Klinik Sehati. Hanya perlu menunggu 15-30 menit sebelum dipanggil ke ruangan dokter.

Dari hasil USG transvaginal di hari ke-7 haid ini, posisi rahim masih normal anteflexed. There are multiple small follicle (MSF) in right ovary. The biggest follicle size is 1,2 cm and also cyst 1,8 cm. Program dilanjutkan dengan penyuntikkan Gonal F dengan dosis 37,5 IU setiap malam selama 4 hari ke depan. Uniknya kali ini saya diresepkan Gonal F pen 300 IU. Dengan bentuk pen ini diharapkan saya bisa menyuntik sendiri di rumah. Dokter Handojo langsung lho yang mengajarkan saya untuk menyiapkan pen dan menyuntiknya ke bawah kulit perut (subcutaneous). Rasanya tidak sesakit suntikan Gonal F dalam bentuk vial seperti dulu waktu program di BIC. Kalau bentuk vial agak ribet persiapannya karena kita harus mencampurkan cairannya dulu. Makanya waktu program di BIC dulu saya selalu minta disuntikkan sama suster. Tapi dengan suntikan bentuk pen ini saya percaya diri melakukannya sendiri. Standar prosedur suntikan juga bisa dibaca langsung pada kemasan Gonal F pen. Sangat mudah dan praktis. Disarankan untuk menyuntikkan Gonal F di jam yang sama setiap harinya. Penyimpanan Gonal F pen harus ditempat yang sejuk, saya menyimpannya di chiller kulkas.

Sebelum proses suntik menyuntik, kita membutuhkan alcohol swab untuk desinfektan dan sterilisasi bagian tubuh yang akan disuntik. Tips dari saya, daripada harus membeli 1 kotak alcohol swab yang isinya ada 100 pcs (terlalu banyak), lebih baik minta di ruangan dokter sejumlah yang dibutuhkan dan di-charge ke tagihan peralatan yang dipakai dokter. Saat itu saya mengambil 7 pcs alcohol swab.

Expenses:
– Biaya konsultasi dokter dan USG di RS Omni Alam Sutera = Rp. 546.000
Alcohol Swab 7 pcs = Rp. 2.415
– Gonal F Pen 300 IU = Rp. 2.510.392
TOTAL = Rp. 3.058.807

11 Mei 2018

Hari ini dijadwalkan untuk kontol kembali ke dokter setelah penyuntikan dosis gonal F 37,5 IU selama 4 hari berturut-turut. Dokter Handojo malam ini praktek di RS Omni Alam Sutera jadi saya pun pergi ke sana. Seperti biasa kondisi pasien disini tidak terlalu banyak jadi tidak perlu menunggu terlalu lama untuk dipanggil ke ruangan dokter.

Dari hasil USG transvaginal di hari ke-11 haid ini, posisi rahim masih normal anteverted dengan ketebalan rahim 13 mm. Folikel yang berkembang di ovarium kiri ada 1 dengan ukuran diameter 1,3 cm sedangkan di ovarium kanan ada 1 dengan ukuran diameter 1.05 cm. Kista tetap ada dan ukurannya masih sama seperti sebelumnya yaitu 1,8 cm. No free fluid in POD (Pouch Of Douglas) yang berarti tidak ada tanda ovulasi. Wajar saja karena ukuran sel telurnya belum cukup / matang untuk bisa ovulasi.

Dokter menyuruh saya untuk melanjutkan suntikan Gonal F di rumah selama 3 hari ke depan tapi kali ini dosisnya dinaikkan menjadi 75 IU. Sehubungan sisa Gonal F Pen saya hanya 150 IU yang berarti hanya cukup untuk 2 suntikan lagi maka dokter meresepkan tambahan Gonal F 75 IU dalam bentuk vial seperti di BIC dulu. Rupanya Gonal F 75 IU ini tidak tersedia di apotek RS Omni Alam Sutera. Dokter menyarankan saya untuk mencarinya di rumah sakit lain. Rumah sakit / klinik di Tangerang yang direkomendasikan dokter Handojo untuk mendapatkan Gonal F 75 IU ini adalah di RS Siloam Karawaci, RS Awal Bross dan Klinik Mom & Child Gading Serpong. Diluar itu, biasanya mereka tidak mau terima resep dari luar rumah sakit / klinik mereka.

Saat saya telp ke klinik Mom & Child, stok Gonal F 75 IU mereka sedang kosong dan harus inden dulu. Itu pun barang baru ready 3 hari lagi. Saya lalu menelpon RS Siloam Karawaci dan ternyata mereka ada stok. Saya pun kemudian ke RS Siloam karawaci untuk membeli Gonal F tersebut. Harga Gonal F 75 IU di RS Siloam Karawaci ini lebih mahal kalau dibandingkan dengan harga BIC. Juga lebih mahal dibandingkan kalau dihitung harga per unitnya dari Gonal F Pen. Akan tetapi karena saya memang butuh dan stok terbatas ya saya tetap ambil.

Expenses:
– Biaya konsultasi dokter dan USG di RS Omni Alam Sutera = Rp. 546.000
– Gonal F 75 IU di RS Siloam Karawaci = Rp. 710.000
TOTAL = Rp. 1.256.000

12 Mei 2018

Dikarenakan saya tidak bisa menyuntikkan sendiri Gonal F dalam bentuk vial, saya berencana minta tolong suster di Klinik Sehati atau RS Omni Alam Sutera. Ternyata hari sabtu ini Klinik Sehati hanya buka sampai sore sedangkan jadwal suntik Gonal F saya adalah jam 8 malam. Akhirnya dengan ditemani suami, saya datang ke RS Omni Alam Sutera. Berbeda dengan waktu di BIC dulu yang mana kalau mau minta suster bantu suntik, kita hanya tinggal bawa obat dan buku pasien ke meja suster kemudian tunggu antrian dipanggil ke kamar suntik dengan layanan free of charge, maka tidak demikian yang berlaku di RS Omni Alam Sutera. Pada awalnya, kita harus melakukan registrasi dahulu di counter depan dengan menyebutkan kita pasien dokter Handojo dan minta bantuan suster untuk menyuntikkan Gonal F. Nanti kita akan dirujuk ke bagian VK / Verlos Kamer (kamar bersalin) di lantai 2 untuk bertemu dengan suster / bidan disana. Saat ketemu suster juga kita harus menjelaskan lagi maksud dan tujuan kita. Suster kemudian akan konfirmasi ke dokter yang bersangkutan. Sungguh ribet birokrasinya.

Sungguh kebetulan saat saya sedang berbicara dengan suster di kamar bersalin, dokter Handojo muncul, padahal beliau sedang tidak ada jadwal praktek. Mungkin saat itu dokter sedang mengunjungi pasiennya yang hendak atau baru melahirkan. Entahlah. Kemudian dokter Handojo langsung meracikkan vial Gonal F untuk siap disuntik ke saya. Ajaibnya lagi, dokter Handojo langsung yang menyuntikkan Gonal F tersebut ke saya. Seumur-umur saya program hamil ke dokter baru kali ini saya disuntik langsung oleh sang dokter, biasanya selalu dengan suster. Suntikan Gonal F kali ini sangat perih dan sakit. Bahkan seingat saya lebih perih dibandingkan dulu suntikan Gonal F di BIC. Mungkin karena dulu di BIC disuntik oleh suster sehingga lebih lemah lembut, berbeda dengan halnya dokter pria. Hahaha.

Jasa suntik oleh dokter tidak dikenakan biaya karena saya membawa jarum dan obat sendiri beserta alcohol swab-nya sehingga tidak ada peralatan rumah sakit yang dipakai. Saya hanya di-charge biaya administrasi sebesar 50 ribu Rupiah.

Expense:
– Biaya administrasi rawat jalan RS Omni Alam Sutera = Rp. 50.000

14 Mei 2018

Setelah tambahan suntikan Gonal F selesai, hari ini saya kembali mengunjungi dokter. Saya datang sendirian karena pak suami belum pulang kantor. Jadwal praktek dokter Handojo hari ini ada di RS Omni Alam Sutera.

Dari hasil USG transvaginal di hari ke-14 haid ini, posisi rahim masih normal anteverted dengan ketebalan rahim 16 mm. Menurut dokter semakin tebal rahim akan semakin bagus untuk implantasi embrio. Akan tetapi folikel saya tampak tidak terlalu merespon suntikan Gonal F yang diberikan. Folikel di ovarium kiri yang waktu itu ada dan ukurannya lumayan (diameter 1,3 cm di hari ke-11) tiba-tiba menghilang, kata dokter kemungkinan folikelnya tidak berkembang dan terserap rahim. Folikel di ovarium kanan yang awalnya ada 1 dengan diameter 1,05 cm berkembang menjadi 1,2 cm saja dan belum cukup untuk matang. Kista masih ada dan tidak berubah ukurannya, diameter 1,8 cm. Oleh karena itu, dokter mengatakan program inseminasinya tidak bisa dilanjutkan (terminated) karena sel telurnya tidak merespon. Kemungkinan karena dosis  obat yang diberikan terlalu kecil untuk orang seusia saya yang juga memiliki masalah AMH rendah.

Next plan, dokter akan menaikkan dosis obat untuk saya yaitu Fertin 50 mg 1 x 2 tab yang dimulai dari hari ke-2 mens sampai 5 hari ke depan dan dilanjutkan suntikan Gonal F 75 IU selama 4 hari berturut-turut. Awalnya mau lanjut program di siklus Juni  2018 tapi akan terbentuk libur lebaran jadi mungkin program inseminasi berikutnya akan saya coba di bulan Juli atau Agustus 2018. Mudahan hasilnya bisa lebih baik dari siklus sekarang.

Expense:
– Biaya konsultasi dokter dan USG di RS Omni Alam Sutera = Rp. 546.000

Total biaya dokter dan obat-obatan untuk program inseminasi kali ini (tidak termasuk washing & inject sperm) di Klinik Sehati dan RS Omni Alam Sutera = Rp. 5.460.807

Walaupun saya tidak lanjut ke tahap inseminasi, tapi saya sudah dapat info harganya dari dokter Handojo. Untuk biaya tindakan inseminasi di Klinik Sehati adalah Rp. 1.500.000, sudah termasuk sperm wash dengan metode swim up. Untuk biaya tindakan inseminasi di RS Omni Alam Sutera adalah Rp. 2.750.000, sudah termasuk sperm wash dengan metode density gradient. Menurut dokter untuk kasus sperma yang kurang kualitas dan kuantitasnya seperti suami saya, metode sperm wash yang lebih cocok adalah density gradient. Bedanya, kalau metode swim up, hanya memilih sperma yang bergerak saja, tidak dipilih lagi kualitasnya. Sedangkan metode density gradient, sel sperma akan dilewatkan ke suatu cairan di lab, sperma yang bertahan melewati cairan tersebut adalah sperma yang terpilih dan dipercaya memiliki kualitas ketahanan yang lebih baik. Jadi wajar kalau harganya lebih mahal.

Saya agak kecewa dengan respon ovarium saya terhadap obat-obatan sehingga inseminasinya harus gagal ditengah jalan. Tapi saya bersyukur juga dokter Handojo tidak memaksakan pasien untuk lanjut tahap injeksi sperma (inseminasi) dengan resiko gagal. Gagal di tengah jalan ini sedihnya tidak terlalu berat seperti halnya dulu ketika selesai inseminasi pertama dan IVF di BIC kemudian masuk ke masa 2 weeks waiting dan berakhir dengan kegagalan.

Saya yakin tidak ada namanya usaha yang sia-sia. Semua kegagalan yang terjadi dalam kehidupan ini pasti semakin mendekatkan kita dengan suatu kejayaan. Hanya saja kita sebagai manusia memiliki keterbatasan untuk memahami rencana Tuhan untuk kita. Untuk semua teman-teman TTC saya yang membaca tulisan ini, mari terus berjuang. Kita harus terus berusaha, sesanggup yang kita bisa. Sabarlah menanti keajaiban itu datang untuk kita. Cheers!

Contact:

  • Klinik Sehati
    Ruko Voronez Gading Serpong
    Jalan Raya Kelapa Puan, CA 24/16-17, Sektor 1D, Pakulon Barat, Kelapa Dua, Tangerang Selatan, Banten.
    Telp. 021-29171379
    HP / WA: 081316518088
  • RS Omni Alam Sutera
    Jalan Alam Sutera Boulevard Kav. 25, Pakulonan, Serpong Utara, Pakulonan, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten.
    Telp. 021-29779999
Iklan

3 pemikiran pada “2nd Insemination / IUI

  1. hello sis mau share aja,saya Penna case kita sepertinya mirip aku AMH 0.185 dan suami OAT,saya udah nikah 11thn,bedanya aku blom pernah menjalani IVF,pertama ke penang udah lsng di vonis dengan AMH rendah melakukan IVF takkan berhasil sayang buang-buang duit kata dokternya,kemudian dia nyaranin kami donor sel telur tapi lebih sangat dianjurkan dari adik kandung ( sekitar tahun 2015),tapi kami tidak bisa langsung melakukan karna faktor biaya.tahun ini kami mau coba lakukan walau dgn pembiayaan yg agak sedikit memaksa krn mengingat usiaku uda 38 (adik saya ini sudah berhasil IVF di RS Lam wah ee Penang) dan AMH dia masih bagus. semoga share ini jadi inspirasi ya sis.semangat sis ada grup TTC ga sis?

    Suka

    • Halo kak.. salam kenal.
      Saya juga waktu ke penang sama dr.devindran juga disuruh ivf tapi kalau gagal saya harus consider eggs donor or adoption. Nah makanya sekali coba ivf dan hasilnya menyedihkan (cuma dapat 1 telur dan 1 embrio sehingga tdk ada yg bisa disimpan utk next cycle), saya tidak berniat coba ivf lagi. Chance-nya tidak lebih baik daripada iui utk orang yg AMH rendah.
      Saya sih punya adik kandung yg masih muda, beda 8 tahun sm saya, tapi saya kasian kalau dia harus melalui serangkaian proses yang menyakitkan dg menghadapi banyak suntikan hormon dan tindakan opu hanya demi saya. Jadi kalau sampai tahun 2019 program saya belum berhasil jg, saya dan suami berencana utk adopsi saja. Thanks utk sharingnya ya kak. Semoga sukses di penang.
      Saya ga ada ikut grup TTC apapun dg pertimbangan supaya tidak sering membandingkan nasib sendiri dg orang lain, hehe. Kadang di grup terlalu byk masukan yg simpang siur. Lebih baik fokus dg program sendiri (dibantu dokter tentunya) dan banyak berdoa..

      Suka

  2. halo mba,
    sy sering baca blog mba krn sama2 berjuang utk punya keturunan. sy jg skrg msh berjuang mba. tp kmrn sempet ikut gathering dg dr. pandian ram dr TMC penang,
    waktu gathering itu ada salah satu pasien yg share cerita namany bu iin endrawati (bisa dilihat di fb utk kisahnya)
    dy sudah 8x ivf dan gagal di indonesia dg amh 0 koma sekian dan umurnya sudah 46 thn.
    dan ivf ke 9 dg dr pandian skrg sedang hamil.
    siapa tau bs jd info bermanfaat buat mba ya

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s