After Failed IVF

Setelah mendapat hasil tes hormon beta-HCG yang menyatakan IVF saya gagal. Rasanya dunia berasa runtuh. Saya patah hati. Sakit hatinya berasa lebih parah daripada sakit hati karena putus cinta. Emang saya orangnya agak lebay kalau sedih, hehe.

Saya merasa saya sudah totalitas melakukan semuanya (materi dan non materi) tapi kenapa sih Tuhan ga bergeming dan tidak mau memberikan saya kesempatan untuk punya anak dari rahim saya sendiri? Saya harus bagaimana lagi? Itu adalah segelintir pertanyaan saya saat saya lagi down karena IVF yang gagal.

Satu minggu pertama saya masih sering nangis-nangis. Masuk minggu kedua saya sudah mulai bisa bangkit dari kegagalan ini walaupun kadang masih nangis. Mungkin karena posisi saya dalam keluarga adalah anak pertama, jadi saya merasa saya orang yang cukup tegar dan kuat sehingga tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan. Sekarang saya sudah 100% pulih dari kegagalan ini dan saya mau sharing sama teman-teman senasib gimana caranya bisa cepat bangkit dari IVF yang gagal. Saat teman-teman baca tulisan ini, saya cuma mau bilang kalau kalian tidaklah sendiri. I’ve been there and done that.

  1. Stop blaming yourself
    Dari hasil baca artikel sana-sini tentang penyebab gagalnya IVF, saya dapat fakta bahwa keberhasilan suatu IVF 90% ditentukan oleh kualitas embrio-nya. Di dalam rahim kita ada proses seleksi alam untuk embrio. Embrio yang secara genetik kromosomnya rusak atau embrio yang tidak berkembang akan langsung diterminasi oleh dinding rahim. Rahim cuma mau menerima embrio yang kualitasnya baik saja supaya bisa berkembang di dalam rahim jadi janin yang sehat. Kualitas embrio saat embrio transfer ga bisa jadi patokan. Misal kualitas embrio yang ditransfer excellent tapi kenapa tetap gagal? Karena menurut embriologist yang saya temui di BIC, embrio itu kualitasnya tiap saat bisa berubah, dari excellent bisa jadi poor, ga ada yang bisa tahu, apalagi prosesnya terjadi dalam rahim.
    Berhentilah menyalahkan diri sendiri atas kegagalan IVF yang kamu alami. IVF bukan gagal karena apa yang kamu lalukan tapi murni karena seleksi alam atas embrionya. There is nothing we can do about that.
  2. Stop thinking about the amount of money you’ve spend in this program
    I know it’s a lot of money. Jumlah uang yang bisa bikin kita merasakan travel ke Eropa malah. Tapi ga perlu disesali. Pengalaman itu memang mahal harganya. Suatu saat kamu akan dapat rejeki pengganti yang sebanding koq. Ini beneran cerita nyata saya lho. Jadi saat masa penantian 2 weeks waiting itu saya selalu doa: Semoga kalau embrio ini bukan rejeki saya, saya bisa dapat rejeki penggantinya. Nah, rejeki pengganti itu datang berupa materi untuk saya. Bahkan jumlahnya lebih besar dari yang saya bayangkan. Tentunya ini rejeki yang halal ya, hasil kerja keras pak suami, hehe. Kadang kita sebagai manusia punya keterbatasan untuk mengerti tentang Rencana-Nya dalam hidup kita.
  3. Stop comparing yourself with others
    Banyak artis Indonesia yang ikut program hamil atau IVF di BIC dan saat mereka positif hamil, mereka aktif posting di social media milik mereka. Bahkan ada pula grup IVF Survivor untuk orang-orang yang telah berhasil hamil dengan bantuan IVF. Belum lagi update dari sesama teman pasien IVF yang programnya berhasil. Sementara kita terpuruk karena IVF yang gagal. Saat itu kita merasa sendirian dan jadi orang yang paling tidak beruntung.
    Dari hasil survey random yang saya lakukan di forum-forum, saya menemukan pemikiran bahwa IVF yang langsung berhasil pada percobaan pertama itu persentasenya hanya 20% dari jumlah pasien. Sisanya 80% harus mengulang berkali-kali (biasa sampai 3 kali) untuk bisa berhasil. Nah persentase 20% ini menurut saya terlalu dibesar-besarkan sehingga banyak yang berpikir chance IVF itu besar. Banyak yang jadi berharap lebih. Teorinya sih asal umur pasien dibawah 35 tahun dan embrionya excellent pasti chance-nya besar. Tapi nyatanya pada kasus saya ga tuh.
    Untuk kalian yang gagal IVF di percobaan pertama, kalian tidak sendirian koq. Jangan terlalu sedih. Banyak teman senasib diluar sana. Hanya saja kadang mereka ga mau meng-expose diri.
  4. Get back in shape
    Program IVF yang penuh dengan segala suntikan dan obat hormon, ditambah minim kegiatan saat bed rest bikin berat badan saya naik 3 kg dong! Perut melendung, lengan, dada, paha dan juga pipi tambah montok. Baju dan celana berasa jadi sempit. Belum pula kulit wajah jadi kusam (padahal tetap menjalankan rutinitas perawatan wajah di rumah). Rasanya kalau ngaca di cermin bikin ga PD (Percaya Diri) deh.
    Setelah gagal IVF dan menghentikan konsumsi obat hormon, saatnya kita berjuang mengembalikan berat badan ideal, hehe. Diet dan olahraga tentunya. Jangan pakai obat-obatan pelangsing ya karena tubuh kita perlu detox dari segala obat-obatan dulu.
    Badan yang kembali langsing dan bugar pasti bikin kita lebih happy dan percaya diri. Selain itu olahraga juga akan mengalihkan pikiran kita dari memori yang sedih-sedih. Lampiaskan kesedihan kamu dalam kegiatan positif lah intinya.

What To Do Next?

Sepertinya saya ga akan coba IVF lagi deh. Biaya, effort dan tingkat stressnya terlalu besar. Agak kapok mau nyoba lagi. Dokter Arie sih membesarkan hati saya bahwa saya masih ada harapan untuk next IVF tapi kali ini mau dicoba dengan dosis full. Dengan dosis full pasti biaya IVF-nya bisa makin besar, prediksi saya bisa sampai 100 juta rupiah. Ga ada jaminan berhasil juga dan mungkin harus diulang lagi. Saya dan suami bukan dari keluarga kaya raya yang uangnya berlebihan. Uang segitu jumlahnya buat saya dan suami sangat berarti sekali. Masih banyak yang pengen kami raih dalam hidup ini selain masalah anak. Kalau kemungkinannya sama-sama kecil (Konsepsi alami vs IVF) untuk kasus saya ini, mending saya pilih konsepsi alami aja deh. Ga stress, ga sakit dan gratis pula! Hahaha.

Saya juga ada berobat herbal juga tapi karena ramuannya bikin sendiri di rumah, ga langsung telan obat, suka ga teraturan minum ramuan herbalnya. Emang dasarnya pemalasan sih. Jadi ya belum ada efek apa-apa soal pengobatan herbal ini.

Tiga bulan ini saya mau detox tubuh dari obat-obatan. Juga mau mengalihkan pikiran dari urusan hamil-hamilan. Saya mau lebih enjoy aja menjalani hidup ini. Menggapai mimpi yang lain bersama suami dalam waktu dekat: Berpetualang ke Jepang dan Suami kuliah S2. Ngambil kuliah S2-nya sih di Jakarta aja biar bisa sambil kerja. Nanti akan saya share ceritanya ya.

Kalau memang sampai tahun depan saya belum juga bisa punya anak, saya mau mempertimbangkan tentang adopsi anak. Opsi ini sebenarnya sudah dari tahun lalu saya sampaikan ke suami, tapi suami saya belum mau, belum terbuka hatinya. Saya juga masih cari info lebih lanjut tentang adopsi. Apakah ada teman-teman pembaca yang punya pengalaman adopsi anak? Prosedur hukum adopsi, cara sosialisasi ke keluarga besar, cara membesarkan anak asuhnya (perlu kah mereka diberitahu tentang status adopsi mereka), etc. Please share ya..

Iklan

2 pemikiran pada “After Failed IVF

  1. Hai sy ibun ,sdh melakukan ivf 2x.keduanya bfp only lasted 8wk. Sy jg melakukan adopsi anak cowok sejak keguguran ivf ke 1. Dlm surat akta tertulis anak kandung,dengan pertimbangan sy tdk mau kelak dia dijadikan bahan olok2 oleh teman2nya. Kedepannya sy akan menceritakan asal usul dia,agar dia tdk kecewa dan bs bangga akan keadaannya. Buat sy adopsi anak itu tdk mdh,krn kita hrs sll ingat dan merasa bhw kita hrs berprilaku adil dgn semua anak kita. Smg diberikan kemdhan dlm adopsi ya ci.

    Suka

    • Halo Ibun.. Thanks for sharing your experience ya. Saya setuju bahwa adopsi itu bukan keputusan sesaat tapi lebih ke tanggung jawab seumur hidup jadi tentunya tidak boleh gegabah. Saat ini saya dan suami masih dalam proses memantapkan hati. Thanks buat supportnya ya.

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s