Halo semua! Kayaknya kali ini saya absen nulisnya cukup lama juga ya. Maklum lagi banyak acara keluarga dan juga sibuk urusan IVF selama bulan Desember 2016 – Januari 2017. Kalaupun buka blog, itu pun cuma balasin comment yang masuk karena ada notifikasinya via e-mail. Udah niat dan juga udah janji mau sharing cerita tentang IVF baik tahapan maupun biayanya gimanapun hasilnya kelak. Bukan untuk sombong atau pamer tapi lebih untuk berbagi cerita, pengetahuan dan pengalaman yang siapa tahu berguna bagi teman-teman yang sedang mencari info tentang IVF. Soalnya saya juga merasa banyak belajar dari blog teman-teman yang sudah berbagi mengenai cerita IVF mereka. Untuk sharing ini, saya niatin mengumpulkan kwitansi dari awal program sampai akhir program, haha.
Menyambung cerita sebelumnya, sehabis operasi sedot kista di Bunda International Clicic (BIC) dengan dokter Arie Polim, saya dan suami memutuskan langsung ikut IVF aja next cycle karena ada pertimbangan takut kista hormonalnya muncul lagi dan juga mumpung hasil test hormon saya juga bagus. Selain itu faktor usia saya yang sudah 33 tahun.
Mungkin banyak teman-teman yang bertanya mengenai IVF Mini Stimulation karena biasanya protokol IVF yang umum cuma short dan long protocol. Tapi kalau sering baca-baca di forum infertility luar negeri, istilah ini cukup banyak dibicarakan. Metode ini biasa digunakan untuk wanita yang cadangan sel telurnya sudah sedikit stoknya, menopouse dini atau wanita dengan Diminished Ovarium Reverse (DOR). Wanita dengan spesifikasi seperti ini konon tidak akan efektif dengan metode IVF yang normal karena mau dikasih dosis tinggi ataupun dosis rendah, jumlah telur yang berkembang tidak akan jauh berbeda. Jadi dengan dosis minimal diharapkan kualitas sel telur yang jumlahnya sedikit itu akan lebih baik. Singkatnya kualitas lebih dipentingkan daripada kuantitasnya. Dengan dosis obat yang minimal otomatis biaya obatnya jauh lebih murah dibanding IVF biasa, akan tetapi IVF Mini Stimulation ini memberikan chance yang lebih kecil dibandingkan dengan IVF biasa sehingga tidak jarang proses IVF-nya harus diulang beberapa kali supaya berhasil.
15 Desember 2016
Mens hari ke-2 saya langsung konsultasi dengan dr. Arie di BIC. Setelah dilakukan USG Transvaginal terliat di ovarium kanan ada 3 folikel antral yang masih kecil dan di ovarium kiri kosong (tidak terlihat di layar monitor). Dengan hasil USG itu, dr. Arie menyarankan saya untuk mencoba IVF Mini Stimulation (Mini Stim). Saya dikasih obat minum Dipthen yang harus diminum mulai hari ke-3 mens dengan dosis 1 kali (sehari) x 3 tablet sekaligus (Berbeda dengan IVF lain yang sudah mulai terapi suntik Gonal), tapi harus menunggu hasil tes hormon (LH, FSH, Progesteron, Estradiol) terlebih dahulu sebelum mulai terapi Dipthen untuk memperbesar dan memperbanyak sel telur. Jadi setelah selesai dari ruang dokter, saya menuju ke ruang lab Prodia untuk pengambilan sampel darah. Hasil lab akan diinfokan oleh Suster Rima besok siang-nya sekaligus instruksi minum Dipthennya. Selain Dipthen, saya juga dikasih suplemen Vitan 250 mg yang katanya bisa membantu memperbanyak sel telur dengan dosis 3 kali (sehari) x 1 tablet.
Biaya:
– Konsultasi dokter = Rp. 585.000
– Obat-obatan (Vitan 250 mg 60 tablet, Dipthen 15 tablet) = Rp. 1.257.000
– Test Hormon di Lab Prodia (LH, FSH, Progesteron, Estradiol) = Rp. 1.635.000
TOTAL = Rp. 3.477.000
16 Desember 2016
Dapat report hasil lab dari suster Rima:
– LH = 3,1 mlU/ml
– FSH = 8,6 mlU/ml
– Progesteron = 0.39 ng/ml
– Estradiol = 29 pg/ml
Menurut dokter hasilnya cukup bagus, item sorotannya disini adalah nilai FSH yang dimana kalau mau mulai IVF nilainya harus dibawah 12. Oleh karena itu terapi Dipthen sudah bisa dimulai malam ini. Tgl 21 Desember 2016 disuruh kontrol ke dokter setelah terapi Dipthen selesai.
21 Desember 2016
Saya datang pagi ke lab prodia BIC, sekitar pk 8.30 WIB, untuk tes hormon Estradiol sesuai instruksi dokter. Kenapa datang pagi? Supaya hasilnya bisa keluar pas saya konsultasi ke dokter sore harinya. Konon untuk hasil lab hormon, hasilnya baru bisa keluar setelah 5 jam. Selama menunggu hasil lab dan konsultasi dokter, saya beredar di Jakarta aja. Ga mungkin lah ya saya bolak-balik Jakarta-Tangerang, hehe.
Sorenya, konsul ke dokter. USG Transvaginal lagi. Tebal endometrium (dinding rahim) = 7,9 mm. Telur yang membesar ada 2 di ovarium kanan dengan ukuran 16 x 14 mm dan 14 x 15 mm. Hasil tes lab hormon Estradiol = 247 pg/ml yang artinya telur saya belum matang semua. Terapi dilanjutkan dengan injeksi Menopur 150 IU untuk mematangkan sel telurnya dan Cetrotide untuk mencegah telur yang matang pecah. Suntik Menopur dan Cetrotide dimulai dari malam ini pk. 20.00 WIB dengan dibantu suster BIC, suntiknya 2 jari dibawah pusar. Untuk suntik Menopur ini wajib dilakukan dalam waktu (jam) yang sama dengan toleransi maximum +/- 1 jam. Sebenarnya suntik Menopur dan Cetrotide ini bisa dilakukan sendiri di rumah biar ga repot bolak-balik BIC akan tetapi menurut saya agak ribet ya cara mencampurkan obat suntiknya karena ada bahan kering dan bahan cairannya. Jadi saya cari praktis dan amannya saja yaitu minta tolong disuntikin sama suster. Oya, Obat Menopur dan Cetrotide ini wajib disimpan di chiller kulkas dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
Dikarenakan saya tinggalnya di Tangerang, bisa stres dijalan kalau tiap malam bolak-balik BIC terus, oleh karena itu saya direkomendasikan suster BIC yang tinggal di daerah Alam Sutera, Serpong Tangerang. Tapi karena suntiknya dilakukan diluar BIC, biasanya ada tarif khususnya. Berbeda dengan kalau suntik di BIC yang gratis. Diinfokan kalau untuk jasa home care alias suster datang ke rumah kita tarifnya Rp. 210.000 per kedatangan ke rumah tapi kalau kita yang datang sendiri ke rumah susternya, harganya bisa lebih murah. Suster sendiri tidak mematok tarifnya berapa tapi saya ngasihnya Rp. 100.000 tiap kali datang ke rumah susternya.
Saya diresepkan suplemen Calvit-D 1 kali (sehari) x 1 tablet untuk tambahan kalsium dan Astria 4 mg 1 kali (sehari) x 1 tablet sebagai antioksidan.
Biaya:
– Konsultasi dokter = Rp. 585.000
– Obat dan peralatan suntik (Menopur 6 vial dan Cetrotide 3 ampul) = Rp. 5.789.700
– Suplemen (Calvit-D 15 tablet, Astria 4 mg 15 capsule) = Rp. 184.500
– Test Hormon di Lab Prodia (Estradiol) = Rp. 443.000
TOTAL = Rp. 7.002.200
22 Desember 2016
Suntik Menopur 150 IU dan Cetrotide
23 Desember 2016
Suntik Menopur 150 IU dan Cetrotide
24 Desember 2016
Datang pagi ke BIC untuk test hormon Progesteron dan Estradiol sesuai instruksi dokter. Sorenya konsultasi ke dokter dengan membawa hasil lab-nya. Hasil dari USG Transvaginal, tebal endometrium (dinding rahim) = 8.3 mm dan ukuran sel telur di ovarium kanan (hanya 2 yang berkembang) 19 x 16 mm dan 14 x 19 mm. Hasil test hormon Progesteron = 0,44 ng/ml dan Estradiol = 314 pg/ml. Menurut dokter sel telur saya belum matang dan belum siap OPU (Ovum Pick Up) jadi saya disuruh lanjut suntik Menopur 150 IU dan Cetrotide lagi malam ini dan besok.
Biaya:
– Konsultasi dokter = Rp. 585.000
– Obat dan peralatan suntik (Menopur 4 vial dan Cetrotide 2 ampul) = Rp. 3.860.400
– Test Hormon di Lab Prodia (Progesteron dan Estradiol) = Rp. 910.000
TOTAL = Rp. 5.355.400
25 Desember 2016
Suntik Menopur 150 IU dan Cetrotide
26 Desember 2016
Datang pagi ke BIC untuk test hormon Progesteron dan Estradiol sesuai instruksi dokter. Sorenya konsultasi ke dokter dengan membawa hasil lab-nya. Hasil dari USG Transvaginal, tebal endometrium (dinding rahim) = 11 mm dan ukuran sel telur di ovarium kanan (hanya 2 yang berkembang) 25 x 21 mm dan 22 x 27 mm. Hasil test hormon Progesteron = 0,66 ng/ml dan Estradiol = 543 pg/ml. Menurut dokter, sel telur saya sudah matang dan siap OPU tgl 28 Desember 2016. Karena hasil tes sperma suami kurang bagus, dokter menyarankan untuk treatment IVF tambahan dengan IMSI. Saya disuruh suntik Ovidrel (pemecah telur) di jam yang ditentukan dokter sesuai dengan jadwal OPU-nya. Biasanya jadwal OPU adalah 12 jam dari jadwal suntik Ovidrel. Saya suntik Ovidrel pk. 21.30 WIB dibantu oleh suster BIC. Hari ini disuruh menyelesaikan administrasi pembayaran sebelum OPU dan ET (embrio Transfer)
Biaya:
– Konsultasi dokter = Rp. 585.000
– Obat dan peralatan suntik (Ovidrel 250 mg 1 ampul) = Rp. 765.600
– IVF Treatment Fee (OPU, Lab Embriologi dan ET) = Rp. 31.900.000
– Test Hormon di Lab Prodia (Progesteron dan Estradiol) = Rp. 910.000
TOTAL = Rp. 34.160.600
28 Desember 2016
Langsung datang ke lantai 2 BIC 1 jam sebelum jadwal tindakan OPU. Saya dijadwalkan OPU pk. 9.30 WIB. Saya disuruh menyelesaikan administrasi pembayaran untuk metode IMSI terlebih dahulu.
Sebelum tindakan OPU, saya dibius total sehingga tidak merasakan sakit apa-apa. Tindakan OPU ini mirip dengan operasi sedot kista yang saya lakukan bulan lalu hanya saja kali ini sel telurnya diambil dan langsung masuk ke tabung lab. Tindakan berlangsung selama 30 menit kemudian saya dibawa ke ruang recovery sampai sadar sepenuhnya. Suster memberitahukan hasil OPU saya: 1 folikel dan 1 Oocyte yang artinya hanya ada 1 sel telur yang ada isinya sedangkan satunya kosong. Hiks, tambah kecil aja kesempatan saya. Selesai OPU dikasih obat-obatan: Lanfix 100 mg (antibiotik) 2 kali (sehari) x 1 tablet dan Mefinal 500 mg (anti nyeri) 2 kali (sehari) x 1 tablet . Kemudian saya sekalian nebus resep yang sebelumnya: Cavit D3 (suplemen kalsium) 2 kali (sehari) x 1 tablet dan Folicoc 5 mg (suplemen asam folat) 1 kali (sehari) x 1 tablet. Setelah ini bisa pulang dan tinggal tunggu kabar dari Suster Rima tentang embrio-nya. Ternyata saya alergi dong sama obat Mefinal ini, bikin mata saya bengkak. Alhasil saya ga minum lagi obatnya dan juga menurut saya sakit pasca OPU-nya ga terlalu berasa koq.
Biaya:
– IVF Program Booking Fee = Rp. 1.500.000
– IMSI Treatment Fee = Rp. 7.500.000
– Obat-obatan (Lanfix 100 mg 20 capsule dan Mefinal 500 mg 4 capsule) = Rp. 577.400
– Obat-obatan (Cavit D3 15 tablet dan Folicoc 5 mg 15 tablet) = Rp. 84.000
TOTAL = Rp. 9.911.400
30 Desember 2016
Dapat kabar dari Suster Rima kalau embrio saya yang cuma satu-satunya itu berkembang dengan grade excellent. Suster menanyakan kembali ke saya, embrio ini mau difreeze seperti saran dokter (dan ulang IVF lagi next cycle) atau mau di transfer? Dengan pertimbangan bahwa embrio saya cuma 1, kemudian kalau di-freeze ada kemungkinan 20% rusak selnya (menurut embriologist) dan juga pada intinya saya harus ngulang IVF lagi dari awal, akhirnya saya dan suami sepakat supaya embrionya ditransfer saja sambil menunggu siapa tau ada keajaiban. Dikarenakan dokter Arie sedang cuti maka kami berinisiatif konsultasi ke dokter Irham mengenai transfer embrio ini sekalian minta beliau yang melakukan ET. Dokter Irham mengatakan kalau rahim saya siap menerima embrio ini dan kami pun makin mantap dengan keputusan kami.
Biaya:
– Konsultasi dokter = Rp. 585.000
TOTAl = Rp. 585.000
31 Desember 2016
Saatnya Embrio Transfer. Proses embrio transfer cuma berlangsung sekitar 30 menit. Sebelumnya kita disuruh banyak minum supaya kantung kemih penuh dan mempermudah pembacaan monitor USG (kali ini pakai USG perut). Kemudian dari vagina dimasukkan kateter dan embrionya. Kita bisa melihat posisi embrio di rahim setelah ditransfer lewat layar monitor. Pasca ET kita disuruh berbaring di ruangan ET selama minimal 30-60 menit. Setelah selesai, suster akan memberikan paket obat-obatan yang harus kita konsumsi pasca ET untuk menunjang keberhasilan program selama 2 weeks waiting (2 WW) sekaligus menjelaskan cara pakainya. Obat yang diberikan adalah:
– Utrogestan 200 mg (penguat kandungan, dimasukkan via vagina) 2 kali (sehari) x 1 capsule
– Ascardia 80 mg (anti oksidan) 1 kali (sehari) x 1 tablet
– Folicoc 5 mg (suplemen asam folat) 1 kali (sehari) x 1 tablet
– Crinone 8% vagina gel (penguat kandungan, dimasukkan via vagina) 1 kali (sehari) x 1 tube
– Obat dan peralatan suntik Pregnyl 1500 IU (penguat kandungan, suntik di pantat) Suntik tanggal 1 Januari 2017 dan 4 Januari 2017
Biaya:
– Obat-obatan (Crinone 8% 15 tube, Pregnyl 1500 IU 2 ampul beserta peralatan suntiknya) = Rp. 1.868.200
– Obat-obatan (utrogestan 200 mg 30 capsule, Ascardia 80 mg 15 tablet, Folicoc 5 mg 15 tablet) = Rp. 811.500
TOTAL = Rp. 2.679.700
Jadi secara keseluruhan program IVF Mini Stimulation ini menghabiskan biaya Rp. 63.171.300 dari awal sampai dengan embrio transfer, belum termasuk ongkos transport PP dari rumah ke BIC ya. Memang harga ini lebih murah dibandingkan IVF normal yang range harganya 70 – 100 juta (tergantung kasus masing-masing orang). Untuk cerita tentang 2 weeks waiting dan hasil-nya akan saya update terpisah ya.