Hai Semua! Akhirnya ada kesempatan dan juga mood untuk menulis blog lagi. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang kucing dan halaman rumah. Kucing yang saya maksudkan disini tentunya bukan kucing saya. Saya sengaja tidak mau memelihara hewan apapun di dalam rumah dengan pertimbangan rumah yang tidak terlalu besar, ga suka melihat rumah kotor dan berantakan karena hewan dan juga untuk higienitas rumah tentunya. Sempat kepikiran sih untuk memiliki hewan piaraan karena rumah sering berasa sepi karena belum punya anak kecil. Lucu kan kalau ada yang bisa diajak main, dielus-elus dan disayang di rumah? Tapi kembali lagi dengan alasan diatas bahwa saya ga siap dengan segala konsekuensi-nya, seperti harus bersihin poop dan pipis-nya, rajin merawat bulu-nya, dll. Saya pikir daripada si hewan nantinya ga bahagia dengan saya lebih baik dia dirawat dengan orang yang benar-benar siap secara lahir batin, hehe.
Bercerita tentang halaman, halaman rumah saya di Tangerang tidak seluas halaman rumah dinas sewaktu di Sorowako. Halaman rumah di Tangerang ini hanya berupa car port yang muat untuk 1 mobil dan kebun kecil-kecilan ala kadarnya. Sesuai standar keamanan, tentu saja halaman rumah saya memiliki pagar yang menurut saya lumayan tinggi. Permasalahan timbul saat kucing tetangga dan kucing liar lainnya masuk ke pekarangan rumah saya tanpa di undang. Mereka bisa masuk lewat sela-sela pagar, tembok pembatas dengan rumah tetangga, atap, dll. Ada spot favorit mereka untuk poop di halaman rumah saya yaitu 1 titik di car port dan 1 titik lagi di kebun kecil saya. Kebayang dong bagaimana bete-nya. Hewan piaraan sendiri aja mungkin saya ogah-ogahan untuk bersihinnya apalagi ini hewan yang bukan piaraan saya sendiri. Sungguh lancang deh kelakuan si kucing ini. Hampir tiap hari ada aja poop-nya nempel disitu dan bau-nya sampai ke ruang tamu. Sungguh menyebalkan!
When you have a problem, ask Google! That’s what I did. Hasil penelusuran dengan Google membawa kita ke berbagai tips untuk mengatasi masalah poop kucing ini.. Mulai dari cara yang masuk akal sampai berupa mitos-mitos. Cara yang menurut saya paling logis dari hasil bertanya pada Google ini adalah dengan menggunakan Cat Repellent. Jadi Cat Repellent ini berupa spray dengan bau tertentu (katanya mengambil aroma musang / doggy sebagai musuh / predator kucing). Bau tersebut mengirimkan sinyal ke kucing yang tak diundang itu bahwa daerah tersebut merupakan teritori dari musuh / predator-nya sehingga si kucing lebih memilih untuk angkat kaki. Dari yang saya baca sih Cat Repellent ini dijual di pet shop dan Ace Hardware dengan harga yang lumayan mahal, tapi untuk kepastiannya saya ga tau karena belum survey langsung. Kalau merasa malas keluar duit untuk membeli Cat Repellent, Google juga menyediakan resep untuk membuat Home Made Cat Repellent dengan menggunakan bahan-bahan yang biasanya ada di rumah. Silakan browsing sendiri ya untuk resepnya, banyak ragamnya. Saya tidak akan bahas disini karena saya menemukan cara yang jauh lebih murah dan praktis untuk mengatasi masalah ini.
Saya menolak menggunakan Cat Repellent yang berbentuk spray karena aroma-nya pasti mudah menguap dengan penggunaan di area outdoor. Jadi kemungkinan harus spray berkali-kali untuk menghadapi kucing yang pantang menyerah datang ke halaman rumah. Belum lagi kalau halaman rumah-nya luas sehingga harus disemprot ke beberapa titik. Intinya adalah boros. Oleh karena itu sebagai emak-emak yang medit, saya terpikirkan untuk menggunakan sabun colek! Iya, sabun colek. Sabun jaman dulu yang bentuknya cream dan biasa dipakai untuk kucek-kucek pakaian kotor dan juga bisa dipakai untuk cuci piring, sikat lantai, dll. Jadi cara menggunakan sabun colek ini adalah dengan mengoleskannya ke beberapa titik di halaman rumah dan juga di kebun kecil saya. Kemudian tinggal aja deh, biar sabun coleknya mengering sendiri. Memang sih jadinya halaman kita penampakannya ada totolan sabun colek, tapi cara ini ampuh banget lho! Tahan lama pula bisa sampe 2 minggu selama totolan sabun colek itu masih pada tempatnya. Kucing tetangga sekarang udah ga pernah mampir lagi ke halaman rumah saya. Nah, untuk yang sudah merasa desperate dengan kucing tetangganya yang terus datang ke rumah, silakan dicoba cara ini. Saya sudah membuktikan sendiri keajaibannya. Hahaha.
Sedikit catatan penting, cara diatas bisa diterapkan di rumah saya karena saya ga punya anak kecil yang suka main di pekarangan rumah dan juga lantai car port saya bukan keramik yang licin gitu, melainkan bentuk keramik batu kerikil. Jadi untuk yang kondisinya berbeda dengan rumah saya harus perhatikan isu keselamatan ya! Jangan sampai ntar totolan sabun coleknya malah dimainin sama anak sendiri. Kemudian kalau lantai pekarangannya berupa keramik yang licin gitu, hati-hati dengan sabun coleknya, takut terpleset. Gitu aja sih pesan dari saya. Selamat mencoba!