
Setelah mengalami kecelakaan tanggal 18 Juli 2016 kemarin, kaki kiri suami saya harus di gips karena ada retak tulang pada ankle-nya. Menurut dokter gips ini harus dipakai selama 1,5 bulan sampai hasil rontgen terakhir menyatakan tulangnya sudah sembuh. Tepat tanggal 27 Agustus 2016 kemarin suami saya sudah bisa dilepas gips-nya. Yeay! Pelepasan gips ini harus dilakukan oleh tenaga ahli ya, dalam hal ini ya dokter. Jangan coba-coba dilepaskan sendiri karena menurut saya cukup berbahaya prosedurnya karena gips itu harus dibuka dengan gergaji kecil, jepitan dan gunting khusus. Kebayang dong kalau sampai salah gergaji ntar malah timbul injury lain, hehe. Suami saya melakukan pelepasan gips di RS Siloam Lippo Village dengan dokter tulangnya yaitu dr. Putut Sugiantoro, Sp.OT. Tindakan lepas gips ini dilakukan di ruang konsultasi biasa selama kurang lebih 20 menit. Biaya lepas gips sekitar 500 ribu Rupiah. Setelah gips dilepas, suami masih sering merasakan nyeri di pinggang dan kaki sehingga dalam masa transisi ini suami masih dibantu dengan tongkat selama 1 minggu. Kata dokter sih memang wajar sakit nyeri begitu karena selama di gips otot-nya ga bergerak dan jadi kaku jadi memang butuh penyesuaian yang waktunya berbeda-beda untuk tiap orang.
Seminggu kemudian kaki kiri suami saya yang bekas digips muncul bintik merah. Awalnya sih dicuekin sama dia tapi lama kelamaan jadi makin banyak dan juga gatal di waktu-waktu tertentu. Bintik merahnya kasar dan timbul ke permukaan kulit. Mirip dengan biang keringat hanya saja terjadi bukan di lipatan kulit. Maaf kalau di post ini tidak ada gambar-nya karena saya ga diperbolehkan sama suami untuk mengambil foto kaki-nya, hehe. Malu katanya. Supaya penyakit kulit ini tidak tambah parah, akhirnya saya mengajak suami untuk berkonsultasi ke dokter spesialis kulit langganan saya yaitu dr. Muljani Enggalhardjo, Sp.KK yang kebetulan hari itu sedang praktek di klinik Mom & Child di kawasan Gading Serpong, Tangerang.
Dari hasil konsultasi dengan dokter kulit, suami saya ternyata mengalami penyakit Eczema / Eksim. Menurut dr. Muljani, penyakit eksim ini umum terjadi pada pasien yang di-gips. Ada yang sudah mengalami gatal-gatal di kulit sejak awal pemasangan gips dan ada juga yang baru berasa gatal setelah lepas gips seperti kasus suami saya ini (saya sih curiga memang suami saya termasuk kulit badak, hahaha). Pada saat di-gips, bagian tubuh tersebut tidak boleh kena air alias dimandikan. Hal ini menyebabkan kulit menjadi kotor dan penuh bakteri sehingga rentan mengalami penyakit kulit. Selain itu, cairan yang dipakai untuk mengeraskan gips juga disinyalir sebagai salah satu sebabnya. Cairan itu dianggap terlalu keras untuk kulit sehingga mengiritasi kulit dan menyebabkan kulit jadi kering. Kulit yang kering menjadi lebih rentan dengan gatal. Dokter pun meresepkan obat minum (untuk mengurangi gatal), obat oles racikan (Ikaderm Oint 10 gr + Acid Salicy 3%, untuk bintik-bintik merahnya) dan juga lotion pelembab. Dokter juga menyarankan suami saya mengganti sabunnya dengan sabun bayi yang lebih mild. Penting untuk para penderita eksim untuk selalu menjaga kulitnya tetap lembab. Harga konsultasi dokter sekitar 200 ribu dan saya hanya mengambil obat oles racikannya saja dengan harga sekitar 56 ribu.
Setelah 3 hari menggunakan obat oles dari dokter (dioles pagi dan sore setelah mandi), kulit suami saya sudah jauh membaik. Tidak ada keluhan gatal-gatal lagi. Jadi untuk kalian yang mengalami keluhan yang sama, lebih baik konsultasikan ke dokter sebelum bertambah parah.